klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Air Surut dan Mengering, Bengawan Solo di Gresik Jadi Wisata Dadakan

avatar klikjatim.com
  • URL berhasil dicopy
Warga sekitar memadati dasar sungai Bengawan Solo yang mengering. (Miftahul Faiz/klikjatim.com)
Warga sekitar memadati dasar sungai Bengawan Solo yang mengering. (Miftahul Faiz/klikjatim.com)

KLIKJATIM.Com ǀ Gresik – Bak di tepi pantai. Begitulah gambaran singkat tentang kondisi Bengawan Solo, tepatnya di Dusun Langkir, Desa Dukuh Kembar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik.

Sabtu (12/10/2019) tadi, Klik Jatim berkesempatan melihat lebih dekat ke sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Hamparan luas sungai dengan dua hulu dari Pegunungan Sewu, Wonogiri serta Ponorogo yang bermuara di Gresik ini terlihat sangat jelas.

Air yang biasa terlihat melimpah kini menyusut. Bahkan, sebagian tanahanya juga mulai mengering. Hanya di beberapa titik yang masih terdapat air. Itupun tak seberapa.

Tak heran, kerumunan orang nampak memenuhi dasar sungai. Mereka berjubel menginjakkan kaki sampai tembus di dua sisi sungai.

[irp]

Sesekali di antara mereka mengambil ponsel pribadinya. Lalu, mengabadikan momen yang jarang-jarang terjadi akibat musim kemarau panjang ini.

Nampak juga beberapa anak kecil berenang di bagian kantong-kontong air yang masih tersisa. Layaknya di sebuah pantai, mereka pun bermain air.

“Mulai pagi hingga sore, warga banyak yang datang untuk melihat (suasana) Bengawan Solo ini. Tapi paling ramai biasanya itu sore," ujar warga setempat, Saidatul Aisyah.

Diakuinya, kondisi tersebut menjadi alternatif tempat wisata dadakan. Orang-orang yang datang tidak hanya dari dalam desa sendiri. Namun, juga berasal dari luar desa.

“Yang datang ya bermacam-macam. Mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik itu laki-laki maupun perempuan. Kalau anak-anak biasanya ya begitu, main air dan juga ada yang berenang," papar wanita berusia (23) tahun ini.

[irp]

Selain menjadi wisata dadakan, Sungai Bengawan Solo yang memisahkan antara Kabupaten Gresik dan Lamongan kini hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Karena untuk menyeberang, warga sekitar tidak perlu lagi menggunakan perahu.

"Dulu harus pakai perahu untuk ke Lamongan, tapi sejak kekeringan ini cukup jalan kaki saja," katanya.

Saida menambahkan, bahwa sungai Bengawan Solo yang mengering dan menarik perhatian warga sekitar baru kali ini terjadi. “Mungkin karena kemarau panjang dan juga imbas dari Bendung Gerak Sembayat. Karena dulu-dulu nggak pernah sampai kayak gini,” tandasnya.

Sementara itu, Faed, warga lain berharap, dalam waktu dekat bisa segera turun hujan. Pasalnya, kemarau panjang yang juga berdampak terhadap surutnya air di Bengawan Solo akan mengancam para petani.

"Sebagian petani bisa gagal panen, jika sampai akhir bulan ini bendungan di Babat dan Gajah Mungkur belum juga dibuka," tandasnya. (iz/nul)

Editor :