KLIKJATIM.Com | Gresik – Perayaan Sedekah Bumi di Dusun Tenggor, Desa Tenggor, Kecamatan Balongpanggang, tahun ini digelar lebih meriah dan sarat makna. Agenda tahunan ini bukan hanya menjadi wujud syukur menjelang musim tanam, tetapi juga menjadi ajang penguatan persatuan dan apresiasi atas kerja keras masyarakat.
Puncak kemeriahan berlangsung pada senin (10/11) dengan ditutup pertunjukan Ludruk Budhi Wijaya.
Perayaan Sedekah Bumi kali ini berbeda karena diawali dengan arak-arakan piala kemenangan dari turnamen voli Redesblue Cup VII dan piala juara satu lomba lingkungan ringkat Kecamatan Agustus lalu. Piala-piala ini diarak keliling kampung sebagai wujud apresiasi atas kepedulian dan partisipasi aktif masyarakat di dua wilayah, Dusun Tenggor dan Dusun Bangle.
Kepala Desa Tenggor, Kowianto, menjelaskan bahwa Sedekah Bumi di Desa Tenggor memiliki kekhasan, yaitu digelar menjelang musim tanam, sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Tradisi ini diawali dengan istighosah bersama di punden pada Minggu malam, dilanjutkan dengan tasyakuran dan doa bersama pada keesokan harinya.
“Perbedaannya di sini Sedekah Bumi digelar menjelang musim tanam. Ini sebagai wujud syukur kita. Desa Tenggor punya potensi buah seperti semangka, blewah, namun cuaca saat ini memungkinkan lebih untuk ditanam padi,” ujar Kowianto.
Apresiasi juga diberikan kepada semua pihak, termasuk perangkat desa, BPD, pemuda, dan masyarakat yang telah bergotong royong dan mengumpulkan swadaya, menunjukkan semangat kebersamaan.
Acara puncak hiburan Sedekah Bumi tahun ini diselenggarakan di depan rumah Sekretaris Desa Tenggor dan diisi dengan pertunjukan wayang kulit pada siang hari dan ludruk pada malam hari. Pemilihan dua seni pertunjukan ini adalah bentuk pelestarian adat.
"Menggelar wayang kulit dan ludruk ini adalah pelestarian adat, di mana sejak leluhur dulu selalu menggelar pertunjukan wayang kulit dan ludruk," kata Kowianto.
Kowianto menekankan bahwa peran Pemerintah Desa dalam kegiatan Sedekah Bumi ini adalah partisipasi aktif, mulai dari perlindungan, perizinan, dan koordinasi, serta memberikan masukan dan saran bagi panitia.
“Desa hanya bisa membantu meskipun tidak maksimal, paling penting melestarikan budaya dan meningkatkan rasa kebersamaan dan guyub rukun. Ini juga sejalan dengan semangat perjuangan di Hari Pahlawan,” tambahnya.
Harapannya, generasi muda Desa Tenggor dapat terus melestarikan budaya dan adat istiadat sebagai warisan leluhur. Berbagai usia juga dilibatkan dalam kegiatan ini. Kowianto berpesan, jangan hanya melihat dari sisi hiburannya saja, tetapi ambil makna yang terkandung dalam Sedekah Dusun.
Nama Tenggor sendiri memiliki makna berpindah-pindah. Kowianto menjelaskan, dahulu Dusun Tenggor terletak agak ke utara dan sempat berpindah beberapa kali karena berbagai gangguan, hingga akhirnya lokasi saat ini yang memberikan kenyamanan bagi warganya.
Editor : Fatih