KLIKJATIM.Com | Jember – Sebanyak tiga ekor sapi ternak warga di dua desa Kecamatan Jenggawah, Jember, ditemukan mati mendadak. Diduga kuat, kematian sapi-sapi tersebut disebabkan oleh virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Kejadian ini memicu kepanikan di kalangan peternak. Beberapa warga bahkan terpaksa menjual sapi yang terindikasi sakit dengan harga jauh di bawah pasaran.
Kasus Kematian Ternak
Camat Jenggawah, Endro Lukito, mengungkapkan, kasus pertama terjadi pada Sabtu (5/1/2025), ketika seekor sapi milik Muidah ditemukan mati mendadak.
“Setelah diamati, penyebabnya memang mengarah ke PMK,” ujar Endro saat dikonfirmasi, Selasa (7/1/2025).
Kematian sapi berikutnya terjadi pada Senin (6/1/2025), milik Holik, dan disusul pada Selasa pagi (7/1/2025), sapi milik Haji Samsudin juga ditemukan mati.
Ketiga sapi yang mati berasal dari wilayah yang berdekatan, yaitu RT 011 RW 001 Dusun Tegal Gayam, Desa Kemuning Kidul, dan RT 001 RW 004 Dusun Gumuk Jati, Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah.
Peternak Jual Sapi Murah
Kematian mendadak sapi ternak ini memicu keresahan warga. Banyak peternak memilih menjual sapi mereka yang terindikasi sakit dengan harga murah, untuk menghindari kerugian lebih besar jika sapi mati.
“Sudah ada sekitar 15 sapi yang dijual murah. Dua ekor bahkan hanya laku Rp 16 juta, padahal harga normalnya bisa mencapai Rp 20-23 juta per ekor,” jelas Endro.
Langkah Penanganan
Untuk mengatasi dugaan penyebaran virus PMK, pihak Kecamatan Jenggawah segera berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Jember. Langkah awal yang diambil adalah melakukan vaksinasi pada sapi-sapi yang masih sehat.
Selain itu, sosialisasi dan edukasi kepada peternak juga dilakukan, terutama terkait kebersihan kandang dan pemisahan sapi yang sakit dari sapi yang sehat.
“Kami mengimbau agar peternak lebih peduli terhadap kebersihan kandang dan segera melapor jika ada tanda-tanda penyakit. Hewan ternak yang sakit harus dijauhkan agar tidak menular ke sapi lain,” kata Endro.
Menurut Endro, kambing yang juga dipelihara di wilayah tersebut sejauh ini tidak terpengaruh karena dianggap memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibanding sapi.
Melalui koordinasi yang intens dengan Dinas Peternakan, pihak Kecamatan berharap dapat mencegah penyebaran virus PMK lebih lanjut di wilayah tersebut. (qom)