SURABAYA – Pemerintah terus mendorong optimalisasi pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi (Migas). Salah satunya dengan mendorong Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan optimalisasi deadstok (sisa minyak yang belum terambil, red).
Caranya bisa dengan memanfaatkan teknologi pompa khusus, sehingga Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dapat mengoptimalisasi minyak bumi yang ada. Dalam menyikapi hal ini, SKK Migas akan mencari teknologi yang efektif dan ekonomis.
“Secara bersama-sama kami akan mencari teknologi yang efektif dan ekonomis. Sehingga sisa minyak tersebut bisa dimanfaatkan atau dijual,” terang Wakil Kepala SKK Migas, Sukandar.
Diakuinya, selama ini KKKS kesulitan dalam memanfaatkan deadstock. Karena kemampuan pipa yang tidak mampu menyedot minyak di bagian bawah tangki. Sehingga dalam proses penyedotan dapat menyisakan antara 15 persen sampai 20 persen dari total kapasitasnya.
“Ketika KKKS melakukan pembersihan tangki (tank cleaning) masih ada sisa minyak yang tidak bisa diambil. Jika digabung jumlahnya besar dan inilah yang kami dorong untuk dioptimalkan atau minimal dikurangi,” lanjutnya.
Deadstock biasanya disebut unpumpable stock. Itu merupakan volume produk crude oil (minyak mentah) hasil pengeboran. Biasanya mengendap di dalam tanki dan tidak dapat dipompakan untuk penyaluran, sehingga tak termanfaatkan secara sempurna.
“Kemudian Pemerintah menginginkan agar volume stok crude oil yang mengendap (deadstock, red) dan tidak bisa dipompa itu tetap dapat dijual untuk menambah penerimaan negara di sektor migas,” paparnya.
Adapun diketahui, saat ini jumlah deadstock minyak di seluruh tangki milik KKKS mencapai 3,6 juta barel. Dengan teknologi modern, KKKS akan mampu mengkonversi deadstock sehingga bisa dijual.
“Teknologinya ada, dari beberapa opsi nanti kita evaluasi mana yang secara teknologi layak dan secara keekonomian masuk,” jelas Wakil Menteri ESDM, Archandra Tahar.
Untuk mendukung optimalisasi di Sektor Migas, Kementerian ESDM juga berkomitmen memberikan kemudahan serta mempercepat izin KKKS yang melakukan eksplorasi di Indonesia. “Kami terus mendorong agar KKKS melakukan pengembangan lapangan (blok, red). Jika biasanya KKKS membuka lapangan prosesnya sampai 2 hingga 3 tahun, kami berkomitmen untuk mempercepat hal itu,” menurutnya.
Saat ini penerimaan negara dari lifting minyak dan gas sampai triwulan kedua 2018 mencapai USD 6,57 miliar. Untuk nilai ekspor migas sampai dengan triwulan kedua 2018 adalah USD 5,89 miliar dan impor migas USD 12,73 miliar. (*/wan/roh)