klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Tingkat Hunian Kamar Menurun Drastis, Industri Perhotelan Sumenep Terpuruk di Awal 2025

avatar klikjatim.com
  • URL berhasil dicopy
Hotel MYZE di Sumenep, salah satu fasilitas akomodasi modern yang ikut terdampak penurunan tingkat hunian awal tahun 2025. (Hendra/KLIKJATIM.Com)
Hotel MYZE di Sumenep, salah satu fasilitas akomodasi modern yang ikut terdampak penurunan tingkat hunian awal tahun 2025. (Hendra/KLIKJATIM.Com)

KLIKJATIM.Com | Sumenep – Kinerja sektor perhotelan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengalami kemunduran signifikan selama empat bulan pertama tahun 2025. Data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat menunjukkan bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel mengalami penurunan mencolok dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Laporan BPS Sumenep menunjukkan bahwa TPK selama Januari hingga April 2025 mencatat performa terendah dalam tiga tahun terakhir. Adapun rinciannya, Bulan Januari 15,29 persen, Februari 14,94 persen, Maret: 11,97 persen, dan April 17,38 persen. 

Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun 2024, tingkat hunian hotel masih jauh lebih baik. Yakni bulan Januari 17,89 persen, Februari 26,96 persen, Maret 16,82 persen, dan April: 21,14 persen. 

Baca Juga : Kapal Bermuatan Sembako Karam di Perairan Sumenep, Kerugian Capai Rp30 Juta

Sementara itu, di tahun 2023, data menunjukkan fluktuasi namun secara keseluruhan lebih stabil daripada tahun 2025. Dimana bulan Januari 11,44 persen, Februari 21,78 persen, Maret 18,48 persen, dan April 20,39 persen

Kepala BPS Sumenep, Joko Santoso, menilai bahwa melemahnya sektor akomodasi ini tidak lepas dari tekanan ekonomi yang dialami masyarakat, yang menyebabkan daya belanja ikut tertekan.

“Salah satu penyebab lainnya adalah efisiensi anggaran perjalanan dinas oleh berbagai instansi, serta semakin berkurangnya kegiatan rapat atau forum diskusi yang biasanya diselenggarakan di hotel,” jelas Joko dalam keterangan tertulisnya pada Klikjatim, Jumat (6/6).

Baca Juga : Pulau Saobi Sumenep Jadi Incaran Investasi Budidaya Lobster

Untuk menggambarkan situasi tersebut, Joko menyebutkan bahwa sepanjang April 2025, dari setiap 100 kamar hotel yang tersedia di Sumenep, hanya sekitar 17 hingga 18 kamar yang berhasil ditempati per malamnya.

Kendati tingkat hunian turun signifikan, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) tetap stagnan di kisaran satu malam. Hal ini sejalan dengan pola kunjungan tamu hotel di Sumenep selama beberapa tahun terakhir.

“Ini menunjukkan bahwa para pengunjung umumnya hanya tinggal untuk waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari satu malam,” tambah Joko.

Baca Juga : DPRD Sumenep Rampungkan Sinkronisasi Anggaran, Temukan Selisih Pembiayaan Rp181 Miliar

Sebagai informasi, TPK menjadi indikator kunci dalam mengukur kinerja industri perhotelan. Angka yang tinggi mencerminkan keberhasilan hotel dalam menarik tamu, sedangkan TPK yang rendah bisa menjadi cerminan persoalan dalam sektor ini, termasuk kemungkinan merosotnya jumlah wisatawan yang datang ke wilayah tersebut. RLMT pun tak kalah penting sebagai indikator.

Kenaikan durasi tinggal biasanya menandakan adanya peningkatan aktivitas ekonomi, baik dari sisi pariwisata maupun kegiatan usaha di daerah tersebut. (hen)

Editor :