KLIKJATIM.Com | Gresik — Sejak dua hari kemarin tanggal 11 Januari 2022, data dari keterangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas III Sangkapura Gresik akes perairan Pulau Bawean mengalami cuaca buruk dan gelombang tinggi. Sehingga beberapa perahu kapal layar motor (KLM) yang mengantarkan sembako dan elpiji ke Bawean tidak berlayar dan operasi.
Kendati demikian, ketersediaan bahan pokok sembako dan elpiji itu masih relatif aman. Salah satu owner perahu jasa pengiriman sembako ke Bawean dari Pelabuhan Gresik Rosyidi mengatakan, meski beberapa hari kedepan cuaca buruk, ketersediaan sembako dan elpiji di Pulau Bawean aman dan masih ada.
“Karena sejak cuaca buruk dua hari yang lalu sudah ada barang yang masuk ke Bawean. Baik sembako maupun elpiji,” ucapnya kepada klikjatim.com, Kamis (13/1/2022).
Menurutnya, untuk pengiriman sembako dan elpiji ke Pulau Bawean tidak hanya dari Pelabuhan Gresik. Tercatat ada tiga jalur daerah pengiriman sembako dan elpiji ke Bawean.
“Ada Gresik, Lamongan, dan Surabaya. Daerah Gresik ada lima perahu, Lamongan empat perahu, dan Surabaya tiga perahu. Semuanya ada 12 perahu. Biasanya berangkat dua kali sehari, atau juga lima hari sekali,” ujarnya.
Imbas cuaca buruk juga berdampak pada akses pelayaran kapal penumpang dan barang ke Bawean. Dua kapal penumpang Express Bahari 6F, dan Express Bahari 8E masih terparkir di Pelabuhan Gresik. Sedangkan satu kapal penumpang dan barang Gili Iyang juga masih terparkir di Pelabuhan Bawean belum bisa berlayar.
Kepala Stasiun BMKG Bawean Ari Widjajanto mengatakan, akses perahu KLM, kapal barang dan penumpang di perairan Bawean mengacu pada data siginifikan BMKG. Untuk seminggu kedepan masih dalam cuaca buruk status warna kuning (waspada) dan merah (bahaya) sampai selasa kedepan (18/1/2022)
“Dengan gelombang mulai 1, 5 M sampai 2, 5 M. Status warna kuning dan merah. Jadi untuk kapal cepat kalau sudah gelombang 2 M, maka belum bisa operasi, sedangkan kapal barang, KLM 2,5 M. Kita lihat perkembangan Senin depan, semoga cuaca baik berubah status warna putih (normal),” ucapnya.
Menurut Ari, status signifikan warna kuning, merah, dan putih itu hal yang paling nyaman sebagai acuan bagi jasa pelayaran dari pada status gelombang maksimum yang dua kali lipat dari data status signifikan.
“Data signifikan itu juga berlaku bagi nelayan yang melaut. Selalu waspada angin baratan bagi nelayan, karena ada gelombang tinggi. Karena tigkat cuaca buruk ini sifatnya sporadis, yang secara kajian sebenarnya cuaca buruk dan gelombang tinggi sudah sejak bulan Desember lalu. Tapi ini mulai Januari sampai Februari kedepan,” pungkasnya.(mkr)
Editor : Redaksi