KLIKJATIM.Com | Jakarta - Hingga September 2020 lalu, lifting minyak hingga September 2020 mampu mencapai target yang dicanangkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2020. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak 706,2 ribu barel per hari (bph).
[irp]
"Pencapaian ini melampaui target yang ditetapkan sebesar 705 ribu bph atau 100,2% di atas target," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetijpto.
Meski demikian, keberhasil lifting minyak itu tidak diikuti lifting gas. Hingga september, realisasi lifting gas hanya mencapai 5.502 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau 99�ri target APBNP 2020 sebesar 5.556 MMscfd. Secara keseluruhan, lifting migas hingga september hanya 1,689 juta barel setara minyak (barrel oil equivalent per day/boepd). atau 99,6�ri target APBNP 2020 yakni 1,697 juta boepd.
Dikatakan, meskipun masih belum mencapai target, dari sisi penerimaan negara sebenarnya realisasi masih cukup baik. Hingga September 2020, penerimaan negara sektor hulu migas mencapai 6,99 miliar dollar AS dengan target sebenarnya dalam APBNP 2020 sebesar 5,86 miliar dollar AS.
"Kami optimis pada akhir tahun nanti penerimaan negara bisa mencapai 7,21 miliar dollar AS. Penerimaan negara cukup bagus di atas yang ditargetkan," kata Dwi dalam konferensi pers kinerja sektor hulu migas secara virtual, Jumat (23/10/2020).
Sementara untuk realisasi pembayaran cost recovery kepada kontraktor realisasi hingga september 5,97 miliar dollar AS atau sudah mencapai 73,5�ri target yang ditetapkan sebesar 8,12 miliar dollar AS. Dari sisi investasi hingga september realisasi sebenarnya masih cukup rendah karena baru mencapai 50�ri target yang ditetapkan sebesar 13,8 miliar dollar AS.
Berdasarkan data SKK Migas investasi baru mencapai US$6,9 milliar padahal targetnya sebesar 13,8 miliar dollar AS. Dengan realisasi hingga september yang masih cukup rendah ini SKK Migas kata Dwi memperkirakan pada akhir tahun investasi tidak akan mencapai target atau hanya 11,1 miliar dollar AS.
Dwi menegaskan rendahnya realisasi investasi hingga kuartal III 2020 diakibatkan oleh pandemi serta penurunan harga minyak dunia. "Dengan adanya Covid-19 dan rendahnya harga minyak dunia menurunkan dan investasi," pungkasnya. (hen)
Editor : Wahyudi