KLIKJATIM.Com | Sumenep - Ahmad Dairobbi, bocah berusia delapan tahun asal Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, akhirnya bisa kembali beraktivitas normal bersama teman-temannya.
Setelah hampir dua minggu harus dirawat karena terkena campak, kini kondisinya dinyatakan pulih oleh tenaga medis Puskesmas.
Bagi ayahnya, Narso (41), masa perawatan itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Ia mengaku sempat sangat panik melihat putranya jatuh sakit.
“Waktu itu badannya panas tinggi, muncul bintik-bintik merah, dan dia terlihat sangat lemas. Saya benar-benar cemas,” tuturnya, Selasa (23/9) sore.
Kini Robbi kembali ceria. Sore hari itu ia terlihat duduk di teras rumah, menggambar perahu, kegiatan kesukaannya.
“Dia sudah tidak sabar ingin segera masuk sekolah lagi,” tambah Narso.
Narso berharap apa yang dialami anaknya bisa menjadi pelajaran berharga bagi orang tua lain.
“Kuncinya ada di pencegahan. Imunisasi harus lengkap, itu sangat penting,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep masih terus berupaya mengejar target imunisasi melalui program Outbreak Response Immunization (ORI) Campak yang diperpanjang hingga 27 September 2025.
Data Dinas Kesehatan Sumenep per Senin (22/9/2025) pukul 16.00 WIB mencatat, sudah ada 69.713 anak atau 94,2 persen dari total target 73.969 anak berusia 9 bulan sampai 7 tahun yang menerima imunisasi.
Jika dirinci, kelompok usia 9–<12 bulan baru mencapai 2.824 anak (83,0 persen), usia 12–47 bulan sebanyak 28.603 anak (91,6 persen), kelompok 4–6 tahun tercatat 26.184 anak (99,5 persen), dan anak usia 7 tahun berjumlah 12.102 anak (92,9 persen).
Beberapa kelompok usia tersebut masih berada di bawah ambang minimal 95 persen yang diperlukan untuk benar-benar menghentikan penularan campak.
Meski begitu, pencapaian harian masih sangat rendah. Pada hari Senin lalu, hanya 579 anak (0,7 persen) yang mendapat imunisasi dari target harian minimal 3.522 anak (4,8 persen).
Selain itu, pelaporan data juga belum optimal. Dari total 26 puskesmas, baru 14 unit (53,8 persen) yang melaporkan cakupan, sementara 12 lainnya belum menyampaikan laporan.
UNICEF Dorong Percepatan
Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa, Arie Rukmantara, menekankan pentingnya percepatan imunisasi di Sumenep.
“Kami menghargai kerja keras tenaga kesehatan di lapangan. Namun dengan capaian 94,2 persen, masih perlu dorongan tambahan, termasuk memperkuat sistem pelaporan dan menggerakkan masyarakat,” ujarnya.
Arie menegaskan, satu anak pun yang terlewat bisa berdampak serius.
“Satu saja anak terlewat, itu sudah terlalu banyak. Semua anak berhak mendapat imunisasi,” ucapnya dengan tegas.
Menurutnya, cakupan di bawah 95 persen tetap berpotensi memicu munculnya kasus baru. Karena itu UNICEF bersama Kemenkes RI, Dinas Kesehatan Jawa Timur, serta Dinas Kesehatan Sumenep memutuskan memperpanjang ORI Campak hingga 27 September 2025.
“Perpanjangan ini kesempatan penting agar seluruh anak terlindungi,” tambahnya.
Dinas Kesehatan Sumenep sendiri mengakui bahwa keterlambatan pelaporan puskesmas menjadi salah satu hambatan utama dalam pencatatan capaian.
Pihaknya kini meminta seluruh puskesmas mempercepat penyampaian data agar monitoring lebih akurat.
Dengan waktu yang semakin sempit, pemerintah daerah bersama mitra menargetkan cakupan 100 persen sebelum batas waktu. Arie pun kembali mengingatkan masyarakat.
“Setiap anak berhak terlindungi. Karena itu, kami mengimbau orang tua segera membawa anaknya ke puskesmas atau pos layanan terdekat sebelum tanggal 27 September,” pungkasnya. (ris)
Editor : Hendra