KLIKJATIM.Com | Gresik - Kendati persoalan hubungan dagang Indonesia dan Rusia masih normal, namun PT Petrokimia Gresik, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia menjajaki impor bahan baku Kalium dan Phospor dari negara lain. Hingga kini, kedua bahan baku yang harus diimpor dari Rusia tersebut stoknya masih cukup untuk produksi beberapa bulan kedepan.
VP Corporate Comunication PT Petrokimia Gresik, Awang Johar kepada wartawan menjelaskan, stok kalium chlorida (KCl) masih tersedia untuk kebutuhan produksi. Bahan baku KCl ini memang tidak bisa diproduksi di dalam negeri atau tersedia secara alami di Indonesia. Selama ini pihaknya harus mengimpor dari Rusia atau Belarusia.
"Sejauh ini kami belum terdampak ketersediaan bahan baku KCl dari konflik Rusia-Ukrania, namun demikian kami akan menjajaki impor dari negara lain seperti Kanada dan Yordania untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya. Kedua negara tersebut memiliki sumber daya KCl yang cukup besar,"kata Awang.
Dikatakan, selama ini pihaknya memang tidak menggantungkan bahan baku pupuk dari satu negara saja. Negara lain yang menghasilkan bahan baku juga dijajaki untuk ketersediaan bahan baku pupuk.
"Tidak ada persoalan jika impor dari satu negara berkurang, kami menjajaki dari negara lain. Soal harga dan kualitas, sejauh ini tidak ada masalah karena kami memakai standar internasional,"terang Awang Johar.
Hal senada disampaikan Wijaya Laksana, SVP Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia. Menurut Wijaya, bahan baku fosfat dan kalium untuk kebutuhan produksi NPK masih tersedia dan aman untuk memenuhi kebutuhan sampai setidaknya semester 1 tahun 2022.
"Kami sudah mengantisipasi kebutuhan bahan baku ini dengan melakukan pengadaan jangka panjang sehingga cukup untuk memproduksi kebutuhan produksi NPK," kata Wijaya dalam keterangannya, Minggu (27/3/2022).
Dikatakan, ketersediaan bahan baku adalah upaya perusahaan memenuhi kebutuhan pupuk nasional di tengah ketidakpastian global dampak dari pandemi Covid-19 hingga perang Rusia dengan Ukraina.
Ke depan, kata dia, Pupuk Indonesia telah mengantisipasi dampak ketidakpastian global dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku dari negara lain di luar Rusia, seperti Maroko, Mesir dan Yordania untuk bahan baku fosfat, serta Kanada, Yordania, Jerman dan Laos untuk kalium.
Rusia sendiri terkenal sebagai pemasok utama bahan baku pupuk seperti kalium. Bahan baku ini memang tidak tersedia dan tidak dapat diproduksi di dalam negeri karena merupakan barang tambang. "Pupuk Indonesia sudah mengantisipasi dengan menyiapkan stok pupuk jangka panjang," kata Wijaya.
Dia membeberkan, hingga tanggal 25 Maret 2022, stok pupuk subsidi dan nonsubsidi dari lini I sampai IV berjumlah 1,71 juta ton. Untuk stok pupuk bersubsidi berjumlah 824.410 ton dengan rincian Urea 377.467 ton, NPK 204.416 ton, SP-36 46.905 ton, ZA 130.422 ton, dan Organik 65.200 ton. Sementara pupuk nonsubsidi stoknya berjumlah 886.256 ton dengan rincian Urea 765.165 ton, NPK 68.312 ton, SP-36 29.378 ton, ZA 23.229 ton, dan Organik 172 ton.
Selanjutnya Pupuk Indonesia juga sudah memiliki beberapa upaya dalam menjaga harga pupuk non subsidi, salah satu upaya yang akan dilakukan demi menjaga ketersediaan pupuk non subsidi melalui rencana penyiapan 1.000 kios komersil.
"Ini kami wujudkan dengan memberikan harga pupuk non subsidi domestik lebih murah dari harga di pasar internasional. Sementara harga pupuk subsidi tetap mengikuti ketentuan HET yang diatur pemerintah," pungkasnya. (ris)
Editor : Wahyudi