KLIKJATIM.Com | Bojonegoro – Serapan gabah dan beras di Perum Bulog Bojonegoro tahun 2023 menurun. Hal ini disebabkan oleh intensitas panen petani padi di Bojonegoro yang juga menurun. Akibatnya, serapan tak bisa dilakukan maksimal.
Pimpinan Cabang (Pimcab) Bulog Bojonegoro, Sugeng Hardono mengatakan, saat ini intensitas panen petani padi di Bojonegoro yang juga menurun. Bulog tidak dapat melakukan penyerapan dengan maksimal pada musim panen kemarin.
Baca juga: Tindaklanjuti Keluhan Petani Bojonegoro, Bupati Anna Tinjau Gudang Bulog
Hingga pertengahan tahun 2023 serapan gabah di Bulog Bojonegoro mencapai 17.800 ton. Jumlah tersebut menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rata-rata serapan setiap hari mencapai 50 sampai 100 ton per hari.
”Jumlah serapan itu cenderung menurun dibandingkan data minggu lalu yang lebih dari 100 ton per hari,” ungkapnya.
Menurut Sugeng, serapan tersebut menurun disebabkan beberapa faktor diantaranya karena minimnya panen padi di tingkat petani sehingga menyebabkan harga yang melambung tinggi di atas harga pokok penjualan (HPP).
”Harganya gabah kering panen saat ini di pasaran berkisar Rp 6.200 sampai Rp 6.400 per kilogram. Tingginya harga tersebut karena minimnya panen di musim ini,” terangnya.
Meski begitu, lanjut Sugeng pihaknya terus melakukan pengadaan dengan menggandeng dinas terkait, Gapoktan serta mitra Bulog untuk menambah stok.
”Bulog Bojonegoro menargetkan hingga bulan Desember serapan gabah mencapai 30 ribu ton, hingga saat ini pabrik MRMP masih terus produksi,” ujarnya.
Sekedar diketahui, harga pokok penjualan (HPP) untuk harga pembelian GKP ditingkat petani mencapai Rp 4.550 per kilogram, harga ditingkat penggilingan Rp 4.650 per kilogram, harga gabah kering giling Rp 5.700 per kilogram, sementara harga jual beras medium Bulog Rp9000 per kilogram. (qom)