klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Tuntut Tanggung Jawab, Santri Sampang Gelar Aksi Bela Kiai di Depan The Trans Icon Surabaya

avatar klikjatim.com
  • URL berhasil dicopy
KECEWA: Santri Asal Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lepelle, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, Madura, menggelar aksi di depan The Trans Icon, Surabaya. (Ist)
KECEWA: Santri Asal Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lepelle, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, Madura, menggelar aksi di depan The Trans Icon, Surabaya. (Ist)

KLIKJATIM.Com | Surabaya – Ratusan santri yang tergabung dalam Himpunan Alumni Santri dan Simpatisan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lepelle (HIASAN-MU), Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, Madura, menggelar aksi unjuk rasa di depan The Trans Icon, Surabaya, Sabtu (18/10/2025).

Aksi ini secara khusus menuntut pertanggungjawaban pemilik Trans7 dan seluruh jaringan Trans Media, Chairul Tanjung (CT), atas penayangan program Xpose Uncensored di Trans7 pada 13 Oktober 2025 yang dinilai telah menghina dan melecehkan ulama serta pesantren di Indonesia.

Koordinator aksi HIASAN-MU Lepelle, Mat Jusi, menyatakan bahwa masalah ini bukanlah perkara sepele. Para demonstran menyoroti narasi dalam program tersebut yang secara spesifik dianggap menghina para kiai, termasuk Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, KH Anwar Manshur, dan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Lepelle, Sampang.

Baca Juga : Dukung Program Pusat, Wabup Sampang Sebut Pembentukan Satgas KDMP Akan Percepat Pembangunan Desa
“Kalau tidak ada respons, kami akan menduduki seluruh jaringan anak perusahaan TransCorp. Ini bukan gertakan kosong,” kata Mat Jusi.

Mat Jusi menuntut Trans7 segera menyampaikan permohonan maaf resmi, tertulis, hitam di atas putih kepada para kiai yang dilecehkan, termasuk Kiai Anwar Manshur dan Kiai Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lepelle.

Jusi menyebut aksi ini sebagai bentuk kemarahan kolektif para santri yang merasa dilecehkan oleh pemberitaan media arus utama. "Yang turun ini santri, bukan demonstran bayaran. Aksi ini bukan dadakan, tapi lahir dari diskusi panjang di pesantren-pesantren,” ucapnya.

Baca Juga : Prihatin Perilaku Generasi Muda, Komisi 1 DPRD Sampang Minta Penguatan Etika dan Moral Jadi Ruh Pendidikan
Ia menambahkan, permintaan maaf yang disampaikan Trans7 sebelumnya dinilai tidak cukup menyentuh substansi persoalan. Santri menganggap pihak stasiun televisi tidak bisa begitu saja melempar tanggung jawab kepada rumah produksi.

“Trans7 tidak bisa cuci tangan. Masa iya, media sebesar itu tidak mengontrol kontennya sendiri?," pungkasnya. (yud) 

Editor :