klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Rehabilitasi Sekolah di Sumenep Seret, Baru 30 Persen Jelang Akhir Tahun Anggaran

avatar klikjatim.com
  • URL berhasil dicopy
REHAB. Seorang pekerja menunjukkan proses rehabilitasi ruang kelas yang tengah berlangsung di salah satu sekolah di Kabupaten Sumenep. (doc. M.Hendra.E/KLIKJATIM.Com)
REHAB. Seorang pekerja menunjukkan proses rehabilitasi ruang kelas yang tengah berlangsung di salah satu sekolah di Kabupaten Sumenep. (doc. M.Hendra.E/KLIKJATIM.Com)

KLIKJATIM.Com | Sumenep - Menjelang penutupan tahun anggaran 2025, pelaksanaan program rehabilitasi sekolah di Kabupaten Sumenep, Madura, masih berjalan lamban. 

Dari total proyek senilai Rp29,3 miliar, progres fisik baru mencapai sekitar 30 persen. Padahal, proyek ini ditargetkan rampung sebelum akhir Desember agar bisa dimanfaatkan pada tahun ajaran baru 2026.

Program yang digagas Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep itu mencakup puluhan satuan pendidikan di wilayah daratan maupun kepulauan. Pekerjaan difokuskan pada perbaikan fasilitas sekolah dasar (SD), taman kanak-kanak (TK), dan sekolah menengah pertama (SMP). 

Tujuan utamanya bukan hanya mempercantik bangunan, tetapi juga menjamin keamanan, kenyamanan, serta kelayakan ruang belajar bagi siswa dan guru.

Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Disdik Sumenep, Ardiansyah Ali Sochibi menjelaskan, bahwa sebagian besar pekerjaan saat ini masih berada pada tahap struktur, khususnya perbaikan ruang kelas yang rusak sedang hingga berat.

“Progres fisiknya sekitar 30 persen per pertengahan Oktober. Kami terus melakukan pemantauan di lapangan agar seluruh pekerjaan bisa selesai sesuai target pada bulan Desember,” ujar Ardiansyah, Kamis (16/10).

Ia menambahkan, total dana sebesar Rp29.343.457.067 tersebut bersumber dari dua pos utama. Dana terbesar berasal dari APBN senilai Rp22,19 miliar untuk rehabilitasi 13 SD, empat SMP, dan lima TK. 

Sementara APBD Kabupaten Sumenep mengalokasikan Rp7,15 miliar bagi 16 SD di beberapa kecamatan.

Ruang lingkup proyek meliputi pembenahan ruang kelas, pembangunan serta renovasi toilet siswa dan guru, revitalisasi ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), perpustakaan, dan ruang guru.

Menariknya, dua model pelaksanaan diterapkan dalam program ini. Untuk proyek dengan dana APBN digunakan sistem swakelola, sedangkan dana APBD dijalankan dengan skema nonfaktual.

“Kami optimistis bisa mengejar ketertinggalan progres. Yang terpenting bagi kami adalah kualitas dan keselamatan bangunan tetap menjadi prioritas utama,” tegas Ardiansyah. (ris) 

Editor :