KLIKJATIM.Com | Jatim – Malam Satu Suro, yang jatuh pada pergantian tahun dalam kalender Jawa, selalu diselimuti aura mistis dan tradisi yang kental. Di tengah berbagai ritual dan kepercayaan yang dipegang teguh masyarakat Jawa, salah satu fenomena yang kerap menjadi perbincangan adalah weton Balung Wangi.
Konon, pemilik weton ini dipercaya memiliki kepekaan spiritual yang tinggi, namun juga dianggap lebih rentan terhadap gangguan gaib, terutama saat malam sakral tersebut. Apalagi tahun ini malam satu suro jatuh tepat pada malam Jumat Kliwon (26/6).
Weton Balung Wangi merujuk pada individu yang tulang-tulangnya dipercaya memiliki aroma khusus yang disukai makhluk halus. "Balung" berarti tulang, dan "wangi" berarti harum. Kepercayaan ini telah mengakar kuat secara turun-temurun, khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang masih memegang teguh primbon dan perhitungan weton.
Baca Juga : Diabetes Termasuk Penyakit Keturunan Faktor Genetik, Mitos atau Fakta? Simak Penjelasannya
Masyarakat yang mempercayai weton ini seringkali merasa khawatir jika pemilik Balung Wangi tidak menjaga diri dengan baik saat malam Satu Suro. Mereka meyakini bahwa pada malam tersebut, dimensi antara dunia nyata dan gaib menjadi lebih tipis, sehingga energi-energi spiritual lebih mudah berinteraksi.
Menurut kepercayaan, pemilik weton Balung Wangi cenderung mudah merasa tidak enak badan, pusing, demam mendadak, atau bahkan mengalami mimpi buruk yang terasa sangat nyata saat malam Satu Suro. Hal ini diinterpretasikan sebagai "gangguan" atau "tarikan" dari energi lain yang tertarik pada keistimewaan tulang wangi mereka.
Baca Juga : Watu Dukun Ponorogo Banyak Dikunjungi Pejabat, Beragam Mitos Pun Muncul
Untuk menangkal potensi gangguan tersebut, berbagai ritual dan anjuran sering dilakukan. Beberapa di antaranya meliputi:
- Mandi Kembang: Membersihkan diri dengan air yang dicampur berbagai jenis bunga sebagai simbol penyucian diri dan penolak bala.
- Puasa atau Pantangan: Menjaga diri dari konsumsi makanan tertentu atau melakukan puasa mutih untuk meningkatkan kekuatan spiritual.
- Membaca Doa : Melakukan doa-doa khusus atau membaca ayat-ayat suci sebagai perlindungan.
- Tidak Keluar Rumah: Menghindari bepergian jauh atau berada di luar rumah terutama saat tengah malam untuk mengurangi risiko interaksi dengan energi negatif.
Baca Juga : Mitos Gunung Pegat, Pantangan Pengantin Baru Melintas Hingga Sosok Tanpa Kepala
Malam Satu Suro sendiri merupakan momen introspeksi dan pembersihan diri. Terlepas dari kepercayaan weton Balung Wangi, semangat untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, serta mendekatkan diri pada Tuhan, adalah pesan universal yang dapat diambil dari tradisi ini. Kepercayaan akan Balung Wangi hanyalah salah satu dari sekian banyak warna kekayaan budaya Jawa yang terus lestari. (yud)
Editor : Rozy