KLIKJATIM.Com | Jember - Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan banjir dan kerusakan di sejumlah kecamatan di wilayah Jember. Sebanyak 7 desa di Kecamatan Tempurejo dan Wuluhan terendam banjir, dengan lebih dari 5.000 warga terdampak. Data dari BPBD Jember mencatat, hingga Minggu (22/12/2024) malam, sebanyak 131 warga mengungsi di Balai Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo.
“Hujan lebat dan angin kencang yang terjadi sejak pukul 09.30 WIB mengakibatkan beberapa desa terdampak banjir dan angin kencang. Musibah angin kencang terjadi di Kecamatan Ambulu, Kalisat, Sukowono, dan Sukorambi, yang menyebabkan 6 pohon tumbang, satu rumpun bambu jatuh, dan satu dapur rumah rusak ringan akibat tertimpa bambu,” ungkap Korlap TRC BPBD Jember, Firman Arifianto.
Banjir melanda 7 desa di Kecamatan Tempurejo dan Wuluhan, dengan rincian, di Kecamatan Tempurejo banjir merendam Desa Sanenrejo, Wonoasri, Curah Nongko, Curah Takir, Andongrejo, dan Sidodadi. Sementara di Kecamatan Wuluhan, banjir merendam Dusun Sumberejo, Desa Glundengan.
“Di Kecamatan Tempurejo, tercatat ada 1.573 KK (5.230 jiwa) terdampak banjir, sementara di Kecamatan Wuluhan ada 67 KK (268 jiwa),” jelas Arif.
Baca juga: Evaluasi Pencairan Beasiswa PIP Aspirasi: Komisi X DPR RI Cari Solusi Atasi Antrian LamaSekitar pukul 11.40 WIB, debit air di tiga sungai setempat, yakni Sungai Mayang, Bedadung, Kalisanen, dan Curah Nongko meningkat pesat. Sekitar pukul 12.20 WIB, air mulai meluap ke pemukiman warga dengan ketinggian antara 60 cm hingga 140 cm.
“Akibat banjir, ratusan warga diungsikan ke tempat aman di Posko Balai Desa Wonoasri. Hingga malam ini, tercatat ada 131 warga yang mengungsi,” tambahnya.
Penanganan musibah banjir ini melibatkan TRC BPBD Jember, relawan dari berbagai unsur, serta Tagana Dinsos Jember dan relawan Baret NasDem Jember yang turut membantu evakuasi dan penanganan warga terdampak.
“Beberapa wilayah desa mulai surut, seperti di Desa Sanenrejo, Curah Takir, Andongrejo, dan Sidodadi. Warga mulai membersihkan rumah. Namun, di desa lainnya, air masih menggenang, dan curah hujan masih tinggi. Banjir susulan kemungkinan masih terjadi,” ujar Arif.
Untuk mendukung warga terdampak, Tagana mendirikan dapur umum untuk memasak nasi bungkus, mengingat dapur warga tidak dapat digunakan. Relawan lainnya terus melakukan evakuasi, terutama bagi warga lansia, anak-anak, dan balita. (qom)
Editor : Muhammad Hatta