KLIKJATIM.Com | Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,02% pada Februari 2022. Deflasi terjadi karena sejumlah harga komoditas pangan kebutuhan pokok turun sepanjang bulan lalu yang mendorong penurunan pada indeks harga konsumen (IHK). Ini merupakan deflasi pertama sejak September 2021.
"Penyumbang deflasi utama terkait harga-harga komoditas seperti minyak goreng, telur ayam ras serta daging ayam ras," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam konferensi pers secara daring, Selasa (1/3/2022).
Inflasi secara tahunan (yoy) juga melemah dari bulan Januari sebesar 2,18% menjadi 2,06%. Adapun inflasi secara tahun kalender sebesar 0,54%. Dari 90 kota yang di survei BPS, terdapat 53 kota yang mencatat deflasi dan sebanyak 37 mencatat inflasi.
Deflasi terdalam terjadi di kota Tanjung Pandan sebesar 2,08%. Penyebab deflasi di Tanjung Pandan dikarenakan penurunan harga ikan dan minyak goreng. Adapun inflasi tertinggi di kota Kupang sebesar 0,65%. Komoditas pendorong kenaikan inflasi tersebut antara lain karena ikan kembung, kangkung dan sawi hijau.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil minus 0,22%. Deflasi pada kelompok ini sebesar 0,84%. Komoditas utama penyebab deflasi pada kelompok ini yaitu penurunan harga minyak goreng sebesar 0,11%.
"Pada awal Februari, Kemendag menerbitkan peraturan Permendag No 6 2022 tentang penetapan harga eceran tertinggi minyak goreng Sawit," kata Setianto.
Selain minyak goreng, juga terjadi deflasi 0,1% pada telur ayam ras. Penyebabnya karena terjadi surplus produksi telur ayam ras di tengah permintaan masih normal. Faktor serupa yang juga mendorong deflasi 0,06% pada daging ayam ras.
Meski demikian, sebagian besar kelompok pengeluaran masih mengalami inflasi. Sumbangan inflasi terutama dari kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,05%. Pada kelompok ini terjadi inflasi 0,25%, terutama karena kenaikan harga LPG non-subsidi.
Selain itu, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran menyumbang inflasi 0,05%. Kelompok ini mengalami inflasi 0,53%. Berdasarkan komponen pembentuknya, deflasi terbesar pada komponen harga bergejolak dengan andil 0,25% terhadap deflasi bulan lalu.
Komponen ini mencatat deflasi 1,5% secara bulanan, terutama karena penurunan harga minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras dan cabai rawit. Komponen inti masih berhasil mencatat inflasi 0,31�ngan andil inflasi 0,2% ke IHK bulan lalu.
Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada komponen inti karena kenaikan harga sewa rumah, sabun deterjen bubuk atau cair, serta upah asisten rumah tangga, mobil dan emas perhiasan. Komponen harga diatur pemerintah juga mengalami inflasi 0,18�ngan aandil 0,03%. Penyebab inflasi pada komponen ini karena kenaikan harga bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter dan rokok kretek putih. (ris)
Editor : Much Taufiqurachman Wahyudi