klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Tahun Ini Produksi Padi Jawa Timur Turun 35 Ribu Ton

avatar klikjatim.com
  • URL berhasil dicopy
Gubernur Khofifah saat panen padi beberapa waktu lalu. Tahun 2020, Jawa Timur menempati urutan pertama sebagai provinsi penghasil beras terbanyak di Tanah Air.
Gubernur Khofifah saat panen padi beberapa waktu lalu. Tahun 2020, Jawa Timur menempati urutan pertama sebagai provinsi penghasil beras terbanyak di Tanah Air.

KLIKJATIM.Com | Surabaya - Produksi beras di Jawa Timur tahun ini diperkirakan turun hingga 35 ribu ton dibandingkan tahun 2020 lalu.  Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebut,  jika dikonversikan menjadi beras, produksi beras pada 2021 diperkirakan mencapai 5,69 juta ton.

[irp]

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Dadang Hardiwan  menjelaskan, luas panen padi pada 2021 diperkirakan sebesar 1,755 juta hektare. “Ini mengalami kenaikan sebanyak 433 hektare atau 0,02 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 1,754 juta hektare,” ujarnya.

Dadang mengatakan, produksi padi pada 2021 diperkirakan sebesar 9,91 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami penurunan sebanyak 35 ribu ton atau -0,36 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 9,94 juta ton GKG.

“Jika potensi produksi padi pada 2021 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2021 diperkirakan sebesar 5,69 juta ton. Artinya mengalami penurunan sebanyak 20 ribu ton atau -0,36 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 5,71 juta ton,” jelasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo menjelaskan, produksi padi di Jatim ini selalu surplus. Menurutnya, jika diprediksi bulan Desember nanti, surplus padi Jatim mencapai 3 juta ton. “Jadi ya kalau dibandingkan dengan provinsi lain, Jatim tetap unggul,” katanya.

Hadi menegaskan, produksi padi di Jatim dari tahun ke tahun selalu meningkat. Itupun dinikmati atau dikirim ke provinsi lain, 16 provinsi di luar Jatim. “Berdasarkan data BPS, sepanjang tahun 2020, sektor pertanian mampu tumbuh 1,75 persen ketika banyak sektor justru terkontraksi. Padahal tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian sendiri tidak mudah,” pungkasnya. (ris)

Editor :