KLIKJATIM.Com | Gresik — Petrokimia Gresik memanfaatkan limbah bekas pembakaran batubara sebagai bahan baku pengisi (filter) pupuk jenis NPK sebagai sebagai subtitusi clay di bidang pupuk majemuk.
Dengan mengubah limbah yang dikenal dengan nama fly ash - bottom Ash (Faba) itu, Petrokimia mampu menghemat biaya produksi hingga Rp7,4 miliar dari penurunan biaya pengelolaan limbah serta pembelian clay.
Baca juga: Mengenal Sekolah Makmur Petrokimia, Upaya Meningkatkan SDM di Bidang Pertanian
Dirut Petrokimia Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan, terobosan itu membawa Petrokimia Gresik mendapatkan predikat Grand Champion dalam ajang Pupuk Indonesia Quality Improvement (PIQI) 2022.
Tak hanya itu, menurut Dwi Satriyo, inovasi itu juga disampaikan dalam beberapa pertemuan atau seminar nasional dan internasional
"Dan menjadi dasar dalam pembuatan naskah akademik Balitbangtan Kementerian Pertanian, serta sudah diadopsi oleh teman-teman dari Pusri Palembang. Petrokimia Gresik juga sudah mendapatkan surat pencatatan ciptaan atau temuan atas inovasi ini," kata Dwi Satriyo.
Dari hasil uji coba, lanjut dia, pemanfaatan FABA sebagai pengganti clay dalam pembuatan pupuk NPK masih dalam batasan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil pengaplikasian pupuknya pada tanaman padi juga memiliki kualitas yang sama baiknya dengan pupuk NPK tanpa FABA.
"Inovasi ini, dilatarbelakangi status FABA yang tidak lagi masuk dalam golongan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021. Sehingga Petrokimia Gresik melihat perubahan status ini sebagai peluang untuk substitusi bahan baku NPK," bebernya.
Perlu diketahui Bahan baku pembuatan pupuk NPK sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan baku utama (main material) yang membawa unsur hara seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan Sulfur (S), serta bahan baku filler yang berfungsi sebagai bahan pelengkap sekaligus perekat untuk semua bahan baku agar menghasilkan produk granul yang sempurna.
Pada umumnya, bahan baku filler pada pupuk NPK menggunakan white clay yang biasanya diperoleh dari tambang bahan baku semen. Dengan memanfaatkan FABA yang sudah tersedia, Petrokimia Gresik tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian clay.
Selain itu, pemanfaatan FABA sebagai pengganti bahan baku filler NPK juga mampu menekan biaya pengelolaan limbah FABA dari yang sebelumnya mencapai Rp269 juta/bulan menjadi nol rupiah atau turun 100 persen.
Baca juga: Petrokimia Gresik Gelontorkan Rp10 Miliar Untuk Pengembangan Olahraga
Dampak positif lain dari inovasi ini yaitu, meningkatkan kualitas lingkungan karena limbah dapat termanfaatkan dengan optimal (zero waste), mengurangi nilai risiko gangguan kesehatan dan keselamatan, serta kenyamanan dalam bekerja menjadi lebih baik.
"FABA memiliki karakteristik dan kandungan yang sama dengan clay. Melalui inovasi ini tentu akan semakin meningkatkan competitiveness NPK yang kami produksi, sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh petani sebagai konsumen kami," tutup Dwi Satriyo.
Sebagai informasi, Petrokimia Gresik dalam ajang PIQI 2022 ini menerjunkan sebanyak enam tim inovasi, antara lain Tim Marion, Tim Focus, GIO FABA, GIO P2O5, Tim Literasi CSR, dan GIO HCDev. Tidak hanya mejadi Grand Champion, stand yang dihadirkan GIO FABA selama empat hari penyelenggaraan PIQI 2022 juga dinobatkan sebagai Best Booth Pemenang. (yud)
Editor : Abdul Aziz Qomar