KLIKJATIM.Com | Mataram – Ketua DPRD Kabupaten Gresik, Muhammad Syahrul Munir, tampil sebagai pembicara dalam Seminar Nasional Naskah Nusantara yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (9/12/2025), yang diprakarsai oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan Manuskripedia.
Seminar tersebut menjadi forum penting yang mempertemukan para tokoh, akademisi, dan budayawan untuk menelisik kembali hubungan peradaban antara Giri (Gresik) dan Lombok.
Baca juga: Lima Ranperda Inisiatif Dibahas, DPRD Gresik Siapkan Penyempurnaan Substansi
Kegiatan ini menghadirkan Keynote Speaker Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon dan Gubernur NTB Dr. Lalu Muhammad Iqbal. Sementara pengantar diskusi disampaikan oleh Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Dr. Restu Gunawan serta Founder Manuskripedia, Wahyu Muryadi.
Selain Syahrul, sejumlah narasumber turut hadir, di antaranya budayawan Lombok T.G. Hasan Basri Marwah, pemerhati budaya Ir. Wahyudi, akademisi UIN Mataram Prof. Dr. H. Jumarim, M.HI., serta budayawan Sumbawa H. Yadi Surya Diputra, S.Sos.I., M.A.
Seminar ini mengusung tema besar “Giri–Lombok: Kolaborasi Lintas Pilar Menuju Kedaulatan Sejarah dan Budaya Bangsa.” Syahrul menyebut forum tersebut menjadi momentum penting bagi “Diplomasi Kebudayaan Gresik–Lombok” yang secara historis memiliki hubungan panjang, terutama dalam penyebaran Islam.
Jejak Sejarah Sunan Prapen dan Ikatan Giri–Lombok
Dalam paparannya, Syahrul menjelaskan bahwa hubungan Lombok dan Gresik tidak dapat dilepaskan dari sejarah dakwah Sunan Prapen, cucu Sunan Giri, yang menjadi tokoh penting dalam Islamisasi Lombok pada abad ke-16. Ajaran Islam yang kini mendominasi kehidupan masyarakat Lombok dibawa langsung dari pusat spiritual Giri Kedaton di Gresik.
Sejumlah bukti sejarah seperti Masjid Bayan Beleq dan makam raja-raja Selaparang menjadi indikator kuat pengaruh dakwah Sunan Prapen yang menggabungkan nilai Islam dengan budaya lokal.
Pola dakwah Sunan Prapen, menurut kajian para peneliti, berlangsung secara damai namun tetap memperlihatkan ketegasan, mulai dari demonstrasi militer, syiar menggunakan rebana, permohonan petunjuk melalui salat sunnah, hingga pendekatan persuasif kepada para penguasa lokal. Interaksi Sunan Prapen dengan Prabu Rangkesari, penguasa Lombok waktu itu, menjadi titik penting percepatan Islamisasi Lombok.
Baca juga: Bupati Yani Sampaikan Pendapat atas Lima Ranperda Inisiatif DPRD Gresik
“Hubungan historis inilah yang harus terus dikaji untuk memperkuat pemahaman tentang perjalanan peradaban kedua daerah,” ujar Syahrul.
Peran Pemerintah Gresik: Pelestarian Sejarah dan Tradisi
Syahrul juga menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Gresik terus mendorong upaya pemajuan kebudayaan melalui regulasi dan program pendidikan. Salah satunya melalui Perda Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pemajuan Kebudayaan Daerah serta hadirnya muatan lokal Sejarah Gresik di sekolah-sekolah.
Namun ia mengakui bahwa pelestarian kebudayaan masih menghadapi tantangan. Mulai dari belum optimalnya rencana induk pariwisata daerah, tumpang tindih kewenangan pelestarian, hingga lemahnya organisasi pengelola wisata.
“Kajian seperti ini penting agar ada afirmasi baru mengenai data dan sejarah Sunan Prapen yang nantinya bisa memperkaya materi muatan lokal Gresik,” imbuhnya.
Harapan Membangun Kolaborasi Baru
Syahrul berharap seminar ini dapat memperkuat pertukaran ilmu dan kebudayaan antara Gresik dan Lombok. Kajian lintas daerah, menurutnya, bukan hanya memperkaya khazanah keilmuan, tetapi juga menjadi pijakan revitalisasi tradisi dan penguatan identitas budaya bangsa.
Upaya ini diharapkan bisa menambah khazanah keilmuan antara Gresik dan Lombok. Kerja-kerja kebudayaan lanjutan, seperti pengumpulan data baru, temuan, dan afirmasi sejarah bisa jadi momen revitalisasi dan pelestarian tradisi dan kebudayaan di Gresik dan Lombok.
“Pelestarian sejarah dan budaya bukan hanya kewajiban satu generasi, tetapi amanah yang harus hidup dari generasi ke generasi,” tutup Syahrul.
Editor : Abdul Aziz Qomar