JEMBER | KLIKJATIM.COM – Dua pemuda asal Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur, Andriyono dan Muhammad Salim, berhasil mengolah batok kelapa bekas menjadi minyak atsiri sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan herbal.
Dari inovasi tersebut, berbagai produk herbal dihasilkan, seperti antiseptik, obat sariawan, obat radang tenggorokan, obat kulit, bahan pengawet makanan herbal, penghilang bau, serta pewangi nasi untuk menurunkan kadar glukosa.
Baca juga: Seorang Ibu di Jember Tewas Dipukul Anak Kandung dengan Alat Vulkanisir Tambal Ban
Koordinator Produksi, Andriyono, menjelaskan bahwa usaha ini merupakan upaya bersama sahabatnya untuk memiliki usaha mandiri serta memberdayakan masyarakat, khususnya para pemuda di desanya.
Baca Juga :"Di sini, kami memproduksi dua jenis hasil utama dari minyak batok kelapa, yaitu asap cair berbentuk minyak yang digunakan sebagai antiseptik untuk hewan dan manusia," kata Andriyono, Senin (24/3/2025).Tiga Varian Baru Kue Kering Sultan Cookies Jember Banjir Pesanan Jelang Lebaran
Selain itu, ada juga minyak atsiri yang bahan bakunya diambil dari petani lokal, yang berasal dari pengolahan batok kelapa yang sudah tidak digunakan.
Dari usaha ini, Andriyono menegaskan bahwa mereka tidak bekerja sendiri, tetapi juga melibatkan para pemuda desa setempat dalam produksinya.
Baca Juga :"Tujuannya agar mengurangi angka perantau dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi para pemuda," tambahnya.Satgas Pangan Polres Jember Sidak Pasar dan Produsen Beras Jelang Idul Fitri, Begini Hasilnya
Andriyono yang akrab disapa Andri ini menjelaskan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan menjadi bahan dasar untuk obat herbal dari berbagai bahan alami, seperti cengkeh, kunyit, serai, dan kayu putih, dengan total mencapai 32 jenis.
"Proses produksi dimulai dengan pengumpulan tempurung kelapa dari pasar tradisional, kemudian didestilasi selama tiga hari untuk menghasilkan asap cair hingga 500 liter per produksi," jelasnya.
Setelah proses destilasi, produk akan melalui tahap eliminasi pengotor untuk mencapai standar food grade sebelum dikombinasikan dengan bahan herbal lainnya seperti kunyit dan laos, lalu dikemas sesuai segmen pasar.
"Misalnya, antiseptik untuk obat sariawan dikemas dalam botol kecil 10 mili liter, sementara antiseptik untuk hewan dikemas dalam ukuran 250 mili liter," terang Andri.
Andri juga mengungkapkan rencana mereka untuk mulai mengekspor produk setelah Lebaran, karena 80 persen dari komoditas yang diproduksi ditujukan untuk pasar ekspor.
Sementara itu, Muhammad Salim, sahabat Andriyono, meyakini bahwa usaha ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan sosial di desa mereka.
Menurut Salim, usaha ini dikelola dengan sistem koperasi agar manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang, sesuai dengan prinsip dasar koperasi.
"Dalam koperasi ini, ada sembilan pokok usaha yang sedang kami jalankan, mulai dari perdagangan, industri kelapa mentah, industri atsiri, industri farmasi hewan, rumah makan, industri pariwisata, ekspor, hingga learning center," ujar Muhammad Salim.
Sebelum adanya koperasi ini, sekitar 80 persen masyarakat desa lebih memilih bekerja merantau ke berbagai kota besar seperti Bali, Surabaya, dan Jakarta, bahkan ada yang bekerja sebagai pekerja migran di Malaysia.
Baca juga: Naikkan Level Pelayanan Pasien, RS di Jember Disorot Soal Klaim JKN
"Sehingga, kami berpikir jika ada kegiatan produktif di desa yang bisa dikelola oleh pemuda, dengan income yang kembali ke pemuda, maka hasilnya akan signifikan bagi masyarakat lokal," tambahnya.
Salim juga menyoroti persoalan sosial yang selama ini terjadi di desanya, termasuk tingginya angka perceraian dan kasus stunting akibat minimnya pemahaman tentang nafkah secara menyeluruh.
Baca Juga :"Dari mimpi itu, kami ingin merealisasikan konsep bahwa nafkah bukan hanya uang, tapi juga biologis dan pendidikan. Oleh karena itu, kami merekrut pemuda yang belum berkeluarga dan belum memiliki keterampilan untuk dilatih menjadi anggota tim kami," jelasnya.Bupati Jember Muhammad Fawait Kembali Terpilih Sebagai Ketua Tidar Jatim Secara Aklamasi
Selain itu, angka pernikahan dini yang tinggi di desa juga menjadi perhatian serius bagi Salim dan timnya.
"Kami tidak ingin hanya berbicara tanpa tindakan. Dengan koperasi ini, kami menciptakan lapangan pekerjaan agar pemuda tidak perlu merantau jauh-jauh untuk mencari kerja," pungkasnya. (hat/fiq)
Editor : Muhammad Hatta