KLIKJATIM.COM | BOJONEGORO – Kekeringan saat musim kemarau masih menjadi ancaman bagi sejumlah desa di Kabupaten Bojonegoro. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro memprediksi bahwa pada tahun 2025, sebanyak 106 desa akan terdampak kekeringan. Dari jumlah tersebut, 93 desa berpotensi mengalami kekeringan ekstrem.
Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro berupaya mencari solusi jangka panjang agar kekeringan tidak lagi menjadi masalah tahunan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah kunjungan studi ke Kabupaten Gunungkidul pada 17 Januari 2025. Kunjungan ini dipimpin oleh Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah.
Baca Juga :
Pasca Banjir Bandang di Bojonegoro, Kodim 0813 Kerahkan Ratusan Personel untuk Karya Bakti
“Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat, teknologi pemanenan air hujan, dan inovasi lokal lainnya yang telah terbukti efektif di Gunungkidul,” ujar Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, Selasa (11/3/2025).
Sebagai tindak lanjut, Pemkab Bojonegoro menginisiasi Program Peningkatan Kapasitas Kepala Desa dalam Rangka Penyelesaian Masalah Kekeringan Berbasis Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Program ini dirancang untuk memperkuat kapasitas kepala desa dalam menangani kekeringan di wilayahnya masing-masing.
“Program ini merupakan langkah kolaboratif untuk mendorong kepala desa merumuskan strategi penanganan kekeringan berbasis praktik terbaik yang telah terbukti berjalan efektif,” tambah Nurul Azizah.
Baca Juga :
Bupati Bojonegoro Terbitkan Surat Edaran Pencegahan Gratifikasi Jelang Idul Fitri
Sebagai langkah awal, Pemkab Bojonegoro telah mengadakan sarasehan dan pembekalan bagi para kepala desa yang akan mengikuti program Live-In Penanganan Kekeringan dan Pengelolaan Sumber Daya Air.
Kegiatan ini akan mengirimkan kepala desa ke desa-desa di Kabupaten Gunungkidul secara bertahap untuk belajar langsung dari praktik yang telah berhasil diterapkan.
“Kegiatan ini diikuti oleh kepala desa dari wilayah terdampak kekeringan, dan mereka akan menjalani program pembelajaran selama tiga hari,” jelas Wakil Bupati Bojonegoro.