KLIKJATIM.Com | Sumenep - Krisis bahan bakar minyak (BBM) yang melanda Kecamatan Gayam dan Nonggunong, Pulau Sepudi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, ternyata bukan disebabkan keterbatasan kuota.
H. Ardi, pengelola PT yang menaungi tiga SPBU di kawasan tersebut, menegaskan bahwa persoalan ini berakar pada proses distribusi yang berubah dari kapal kecil menjadi kapal besar.
“Kuota sebenarnya mencukupi. Masalahnya ada pada transisi pengangkutan, dari kapal kecil beralih ke kapal tanker yang lebih besar,” jelas Ardi kepada wartawan, Rabu (24/9).
Menurutnya, kapal kecil biasanya dapat menyelesaikan bongkar muat dalam waktu tiga sampai empat hari. Namun, kapal besar membutuhkan waktu lebih lama, sekitar lima hingga enam hari. Kondisi ini otomatis memperlambat suplai BBM ke sejumlah pulau.
Ia menambahkan, kapal pengangkut reguler sebelumnya mengalami kerusakan sehingga distribusi harus dialihkan ke kapal besar. Hal ini berdampak pada keterlambatan pasokan ke Pulau Sepudi.
“Distribusi terakhir ke Pulau Sepudi dilakukan pada 15 September 2025. Seandainya masih memakai kapal kecil, seharusnya pasokan sudah tiba dua hari lalu. Dengan kapal besar, diperkirakan baru bisa sampai empat hari ke depan,” ujarnya.
Meski waktu tempuh lebih panjang, Ardi menegaskan kapal besar punya keunggulan karena kapasitas muatnya jauh lebih banyak.
Untuk SPBU Gayam, misalnya, pengiriman kali ini diprediksi mencapai 130 kiloliter (KL), lebih tinggi dibandingkan biasanya yang di bawah 100 KL.
Adapun kuota bulanan SPBU Gayam adalah 232 KL untuk Pertalite. Sedangkan kuota solar, yang awalnya hanya 40 KL, kini naik dua kali lipat menjadi 80 KL.
“Jadi, kelangkaan ini murni karena hambatan distribusi, bukan karena keterbatasan kuota,” tegas Ardi.
Sementara itu, dampak kelangkaan BBM sudah lama dirasakan warga. SPBU di Gayam sudah tidak beroperasi hampir sepekan, sementara SPBU di Nonggunong bahkan tutup hampir satu tahun.
Kondisi tersebut membuat harga bensin eceran melambung tinggi. Di Gayam, harga naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 15.000 per liter, sedangkan di Nonggunong harga bensin dalam botol besar menyentuh Rp 25.000.
Situasi ini semakin menambah beban masyarakat yang sangat bergantung pada BBM untuk transportasi harian maupun kegiatan usaha kecil. (ris)
Editor : Hendra