klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

PKB Gresik Gelar Tirakatan Harlah ke-27 dengan Khotmil Qur’an dan Refleksi Sejarah

avatar Abdul Aziz Qomar
  • URL berhasil dicopy
Suasana malam tirakatan peringatan harlah PKB ke-27 di DPC PKB Kabupaten Gresik (Qomar/Klikjatim.com)
Suasana malam tirakatan peringatan harlah PKB ke-27 di DPC PKB Kabupaten Gresik (Qomar/Klikjatim.com)

KLIKJATIM.Com | Gresik — Dalam rangka menyambut Hari Lahir (Harlah) ke-27, seluruh kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Gresik dari berbagai tingkatan menggelar malam tirakatan dan refleksi. Kegiatan ini digelar serentak di Kantor Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB Gresik serta seluruh Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC) di tiap kecamatan.

Di Kantor DPC PKB Gresik, malam tirakatan diisi dengan khataman Al-Qur’an, doa bersama, dan refleksi perjalanan partai sejak sebelum berdiri hingga saat ini. Acara tersebut dipimpin oleh Sekretaris Dewan Syuro PKB Gresik, KH. Ma’mun Zen, pada Selasa malam, 22 Juli 2025.

Dalam refleksinya setelah memimpin khataman, KH. Ma’mun Zen atau Gus Ma’mun memaparkan sejarah pendirian PKB serta semangat perjuangan yang mengiringinya kepada para kader muda, khususnya dari organisasi sayap Garda Bangsa (Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa).

Gus Ma’mun menegaskan bahwa PKB dibangun di atas fondasi jamaah dan kultur Nahdlatul Ulama (NU) sebagai basis ideologis. Oleh karena itu, menurutnya, penting untuk terus memperkuat jalinan silaturahmi dan menghidupkan basis kultural partai, terlebih di tengah situasi politik yang semakin pragmatis.

“Di Gresik, deklarasi pendirian PKB dilandasi semangat juang para ulama dan tokoh NU untuk menegakkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah dalam ranah politik kebangsaan. Para pendiri berkorban bukan hanya moril, tetapi juga materiil, dengan gotong-royong membiayai kegiatan awal partai,” terang Gus Ma’mun.

Ia pun mengajak para kader muda untuk kembali membangun PKB dengan semangat kebersamaan dan berbasis jamaah serta jam’iyah.

Sejarah Lahirnya PKB

Gus Ma’mun kemudian mengisahkan proses kelahiran PKB yang tidak lepas dari dinamika politik pasca reformasi. Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mundur dari jabatannya di tengah gelombang reformasi. Sehari setelahnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima berbagai usulan dari warga NU di seluruh penjuru Indonesia untuk membentuk partai politik.

Terdapat 39 nama yang diusulkan, termasuk Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. Simbol yang paling banyak diusulkan mencakup bumi, bintang sembilan, dan warna hijau—semua merepresentasikan nilai-nilai Nahdliyin.

Sebagai respon, PBNU membentuk Tim Lima pada 3 Juni 1998, dipimpin oleh KH. Ma’ruf AminTim (Rais Suriyah/Kordinator Harian PBNU), dengan anggota, K.H. M. Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), H.M. Rozy Munir, SE., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.

Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan adanya partai politik, maka Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima.

Selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai Oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H. Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H. Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H. Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam menginventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi politik warga NU.

Baca juga: Ziarah Spiritualitas: Kader PKB Gresik Tabarruk ke Makam Ulama di Harlah ke-27
Pada 26–28 Juni 1998, kedua tim menggelar konsinyering di Villa La Citra, Cipanas. Di sana, lahir lima dokumen penting: Pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda Siyasi, Hubungan Partai dengan NU, AD/ART, serta Naskah Deklarasi.

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang awalnya berhati-hati terhadap penggabungan agama dan politik, akhirnya menyetujui pembentukan partai setelah melihat semangat besar warga NU.

Akhirnya, pada 23 Juli 1998 (29 Rabiul Awal 1419 H), PKB resmi dideklarasikan di Jakarta sebagai partai politik yang bersifat kebangsaan, terbuka, dan demokratis. Deklarasi ini menegaskan tujuan partai dalam membangun masyarakat adil, makmur, dan beradab, serta menyuarakan nilai-nilai kejujuran dan keadilan sosial.

Perjalanan Politik PKB dari Pemilu 1999 hingga 2024

Di bawah kepemimpinan Gus Dur, PKB langsung mencatat sejarah pada Pemilu 1999 dengan meraih 13.336.982 suara (12,61%) dan menempatkan 51 kader di DPR RI. Gaya politik Gus Dur bahkan membawa koalisi poros tengah mengusungnya menjadi Presiden RI pertama di era reformasi.

Pada Pemilu 2004, PKB tetap kuat dengan meraih 11.989.564 suara (10,57%) dan 52 kursi DPR RI. Namun, pada 2009, suara PKB menurun menjadi 5.146.122 suara (4,94%) dan hanya memperoleh 28 kursi DPR.

PKB mulai bangkit kembali di bawah komando H. Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Pada Pemilu 2014, PKB mencetak 11.298.957 suara (9,04%) dan 47 kursi DPR RI. Kinerja ini terus meningkat pada Pemilu 2019 dengan 13.570.970 suara (9,69%) dan 58 kursi DPR.

Puncaknya, pada Pemilu 2024, PKB mencatat sejarah dengan 16.115.655 suara (10,61%) dan meraih 68 kursi DPR RI —jumlah tertinggi sepanjang sejarah partai.

Cak Imin dinilai sukses membawa PKB menjadi partai yang solid dan terus relevan. Ia aktif mendorong silaturahmi politik, membangun basis kekuatan Nahdliyin, serta memperkuat hubungan struktural dengan NU. 

Menatap Masa Depan PKB

Gus Ma’mun mengakhiri refleksi malam tirakatan dengan ajakan kepada seluruh kader, khususnya generasi muda PKB, untuk meneruskan perjuangan para pendiri dengan semangat kebersamaan dan pengabdian.

"Sudah saatnya kita membangun kembali PKB sebagai partai perjuangan yang berpijak pada nilai-nilai luhur Ahlussunnah wal Jama’ah serta menjadi rumah besar bagi aspirasi rakyat," tutur Gus Ma'mun. (qom)

Editor :