KLIKJATIM.Com | Gresik - Siapa sangka produk sarung tenun rumah tangga yang diproduksi warga Desa Wedani, Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik menembus dinding raksasa fesyen kelas dunia, Christian Dior. Namun itulah yang terjadi dan dialami sekelompok perajin sarung tenun Gresik saat ikut berpameran dan produknya tampil di gerai Christian Dior belum lama ini.
Hadirnya produk UMKM di pentas dunia tak lepas dari upaya jajaran Kementerian Keuangan dalam menginisiasi klinik ekspor UMKM. Menteri Keuangan, Sri Mulyani memang memiliki program Desa Devisa yang secara khusus mengangkat produk unggulan desa di Indonesia untuk bisa masuk pasar ekspor.
Di Kabupaten Gresik, Kantor Pelayanan Pengawasan Bea Cukai Tipe Madya B (KPPBC TMP B) setempat sudah memulai program desa devisi sejak 2020. Salahsatunya adalah mengangkat produk sarung tenun di Desa Wedani Kecamatan Cerme.
Bea Cukai bersama Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Disperindagkop) Gresik dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) melakukan pembinaan kepada perajin sarung tenun agar bisa mengekspor produknya ke luar negeri.
[caption id="attachment_98714" align="alignnone" width="300"]
Nurhasim Hamada atau Gus Da, desainer Kekean Wastra Gallery (Kanan) saat menjelaskan produk sarung tenun khas Gresik ke Menteri Desa Abdul Halim Iskandar saat berkunjung ke Desa Wedani Kecamatan Cerme Gresik.[/caption]
Kepala KPPBC TMP B Gresik, Bier Budi Kismuljanto didampingi Eko Rudi, Kepala Seksi PLI menyebutkan, upaya mengangkat sarung tenun asal Desa Wedani Gresik ini ternyata mendapat respon positif. Sebab, Bea Cukai mendatangkan seorang desainer kelas dunia asal Gresik yang bermukim di Bali, Nurhasim Hamada.
"Saat bertemu dengan perajin, Gus Da atau sapaan akrabnya Nurhasim Hamada ini sangat tertarik dengan corak dan produk sarung tenun warga yang kami bina. Sehingga kemudian Gus Da secara khusus memberikan wawasan agar sarung tenun Cerme ini bisa tampil di pentas dunia," kata Bier Budi Kismuljanto.
Melalui tangan dingin Nurhasim Hamada yang memiliki gerai Kekean Wastra Gallery, akhirnya produk sarung tenun Gresik ini dilirik oleh Christian Dior. Salahsatu perajin yang mendapat kesempatan itu adalah adalah Nur Halimah, asal Desa Wedani Cerme, Gresik, Jawa Timur.
Perempuan lulusan SMK ini akhirnya bisa memamerkan kepiawaiannya menenun di ajang Presidensi G20. Dia berada di pameran G20 di JCC. Ditemani alat tenun bukan mesin yang dibawa langsung dari desanya, dengan bangga ia menunjukkan cara menenun kain dengan corak berwarna di tengah delegasi yang berhenti sejenak memperhatikannya.
Perjuangan Nur Halimah bukanlah proses yang instan untuk kemudian mampu secara ahli menenun kain. Bersama para perempuan di desanya, ia bergabung menjadi Anggota Koperasi Wedani Giri. Selang beberapa tahun kemudian ia mampu menghasilkan kain yang dilirik oleh desainer sekelas Christian Dior.
[caption id="attachment_98715" align="alignnone" width="300"]
Kepala KBBBC TMP B Gresik Bier Budi Kismuljanto (Kiri) saat menyaksikan penandatangan ekspor sarung tenun Desa Wedani bersama Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani dan Wabup Hj Aminatun Habibah[/caption]
Dia mengaku sangat bangga bisa berpartisipasi di acara berkelas dunia ini. "Awalnya saya hanya melakukan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak menyangka pada akhirnya kain-kain ini bisa berkualitas ekspor dan dibeli oleh orang-orang luar negeri. Belum lagi kami juga mendapatkan kesempatan pelatihan dalam program Desa Devisa LPEI yang meningkatkan kualitas produksi dan akses pasar kami," ujar Nur Halimah dalam siaran pers, Kamis (17/2/2022).
Nur Halimah juga mengagumi sosok perempuan tangguh lainnya tak terkecuali Menteri Keuangan RI saat ini Sri Mulyani. Kekagumannya kepada sosok Menteri Keuangan juga dikarenakan beliau merupakan contoh seorang perempuan dengan segudang prestasi.
Akhirnya Nur Halimah bertemu dengan idolanya ketika meninjau ke lokasi booth Rumah Joglo, Nur Halimah mendapat kesempatan menjelaskan cara kerja alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan memandu untuk mempraktikannya.
"Saya bisa ketemu Menteri Keuangan yang selama ini hanya saya lihat di televisi, malah sekarang bisa berada langsung di samping beliau. Kita harus berusaha untuk mewujudkan mimpi," kata Nur Halimah.
Nur Halimah merupakan salah satu dari lebih 2.500 petani dan penenun yang menerima manfaat dari program Desa Devisa Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Program pendampingan yang dilaksanakan secara berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor.
Desa Devisa Tenun Wedani Giri Nata juga ditargetkan mampu melakukan ekspor perdana pada tahun 2022 ini. Kedepan, Program Desa Devisa LPEI ditargetkan dapat direplikasi oleh berbagai wilayah dan komoditas lainnya di Indonesia.
"Kami merasa terhormat atas kesempatan yang diberikan untuk bisa berpartisipasi dalam ajang bersejarah ini. Pada kesempatan ini, kami menampilkan produk dari mitra binaan kami, yang salah satunya merupakan hasil dari Program Desa Devisa berupa kerajinan dan aksesoris perak APIKRI yang berasal dari Bantul, Yogyakarta," ujar Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso.
Desa Devisa merupakan program pendampingan berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor. Kerajinan APIKRI telah menjadi Desa Devisa sejak tahun 2020 dan mampu mengekspor produknya ke Belanda, Amerika dan Inggris. (ris)
Editor : Wahyudi