KLIKJATIM.Com | Bangkalan - Program Si Kaya Berbagi (konservasi, pendidikan, budaya berbasis teknologi) Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) di Desa Labuhan Kecamatan Sepuluh Kabupaten Bangkalan Madura telah berhasil mengubah pola pikir dan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar.
[irp]
Program Si Kaya Berbagi dikembangkan melalui Program Taman Wisata Laut Labuhan yang dilakukan di pantai Labuhan sisi barat sejak tahun 2017 untuk menjawab keseimbangan ekologi dan ekonomi. Program ini juga merupakan program atas respon kerusakan lingkungan yang ada di Desa Labuhan khususnya terkait terumbu karang. Ini adalah kelanjutan dari pengembangan Taman Pendidikan Mangrove pantai Labuhan sisi timur.
Manager PHE WMO Field Sapto Agus Sudarmanto mengungkapkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberadaan mangrove dan terumbu karang semakin tinggi. Jika sebelum adanya program konservasi masyarakat cenderung abai dan lalai hingga terjadi kerusakan yang cukup parah, maka sejak adanya program tersebut mereka ikut berpartisipasi menjaga dan melakukan perbaikan.
“Dulu masyarakat tidak mengerti manfaat mangrove, banyak pohon mangrove ditebang untuk kayu bakar atau diburu untuk dibuat bonsai
. Kami menemukan pada tahun 2013, kerusakan lahan mangrove disini mencapai 17,5 hektar dan pada tahun 2014 kami memulai untuk melakukan konservasi dengan menanam 17.000 bibit mangrove dan cemara laut di sisi timur. Saat ini jumlah pohon mangrove dan cemara laut disini sudah mencapai 76.000 pohon,” ujar Sapto Agus Sudarmanto di Bangkalan, Senin (13/12/2021).
Hasilnya, pada tahun 2015/2016 kondisi mangrove di pesisir pantai Labuhan sudah mulai membaik dan PHE WMO melanjutkannya melalui program Si Kaya Berbagi di pantai Labuhan sisi Barat. Program I nibertujuan untuk memperbaiki keanekaragaman terumbu karang yang mulai rusak di dasar laut Bangkalan yang cukup luas. Berdasarkan AMDAL PHE WMO tahun 2013, di wilayah pesisir Kecamatan Sepulu menunjukkan hanya 5 – 39,02 persen tutupan karang hidup dan 31,74 – 51,08 persen tutupan karang mati.
Pada pengamatan terumbu karang tersebut juga diketahui bahwa presentase penutupan karang hidup di lokasi tersebut hanya mencapai 10-25 persen atau termasuk dalam kategori “rusak”. Kerusakan terumbu karang tentunya akan berdampak pada kecepatan abrasi pantai yang akan bertambah, hal tersebut dikarenakan terumbu karang sendiri memiliki fungsi untuk memperkokoh ketahanan pantai dari ombak.
“Disini kami melakukan tenanaman terumbu karang dengan menggunakan kubah beton berongga yang salah satu bahannya berasal dari limbah casing protector kegiatan PHE WMO. Selain lebih mudah tumbuh karena tidak mudah goyah oleh hempasan ombak, kubah ini juga berfungsi sebagai tempat tinggal ikan. Selain itu, akrena mengandung kalsium, maka tingkat pertumbuhan fragmen karang jugalebih cepat. Jika di tempat lain pertumbuhannya hanya mencapai 12-14 cm per tahun, disini bisa mencapai 21 cm per tahun. Tingkat daya hidup terumbu karang juga semakin naik dari 25 persen menjadi 97 persen,” tuturnya.
Sejak tahun 2017 hingga sekarang, sudah ada sekitar 80 kubah beton yang terdiri dari 480 fragmen terumbu karang telah di tanam di Taman Wisata Laut Labuhan. Karang yang ditanam terdiri 4 jenis yaitu Acropora millepira, Acropora hyacinthus, Porites cylindrica dan Sinularia sp. Semua jenis karang tersebut berstatus Near Threatened (NT) menurut IUCN. Hasilnya, jumlah spesies ikan semakin banyak, jika sebelum konservasi jumlahnya hanya mencapai 8 spesies sekarang berkembang menjadi 36 spesies ikan. (ris)
Editor : Suryadi Arfa