KLIKJATIM.Com | Surabaya – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bersinergi dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan RI. Kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk program pendampingan eksportir (Export Coaching Program), yang akhirnya mampu menghasilkan 16 eksportir bisa menembus pasar ekspor.
[irp]
Para eksportir ini dengan klarifikasi ekspor perdana, buyer baru. Bahkan pasar atau negara tujuan ekspor baru, dengan produk komoditi berupa kelapa, alas kaki, kerajinan batu alam, glasware, damar batu, cengkih, cabe jamu, bunga pala, kunyit, kitchenware, rumput laut, agar–agar, frozen fish, furniture, biscuit, dried food, mie kering, dan ginger drink.
Untuk pasar ekspor yang berhasil ditembus melalui pendampingan ECP antara lain Vietnam, Inggris, Belanda, Angola, India, China, Korea, Azerbajian, Taiwan, Singapura, Belgia, Jepang, dan Australia. Dari semua itu mencatatkan total nilai transaksi ekspor peserta Export Coaching Program (ECP) Jatim 2021 periode Maret–November 2021 mencapai Rp22,58 miliar.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya tindak lanjut arahan Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa. Yaitu bertujuan untuk melakukan ekspor ke negara-negara tradisional dan non tradisional dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Provinsi Jatim, Drajat Irawan mengatakan, penyelenggaraan kegiatan ECP ini merupakan salah satu langkah konkret dari pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya, untuk saling bersinergi dalam membantu para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) maupun Industri Kecil Menengah (IKM) yang ada di daerah, agar berhasil dalam melakukan ekspor ke negara lain walaupun di tengah adanya pandemi Covid-19.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah yang artinya sangat penting bagi pelaku usaha di Jawa Timur, agar komoditas unggulan Jawa Timur berhasil memasuki pasar negara lain dengan standard yang sesuai. Sehingga dapat membantu meningkatkan nilai ekspor non migas Jawa Timur ke depannya.
Pemprov Jatim sangat mengapresiasi dipilihnya Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu Provinsi dilaksanakannya ECP tahun 2020 dan 2021. Karena melalui program ECP, peserta telah dibekali banyak materi yang sangat bermanfaat selama bulan Januari sampai November 2021 tentang rentang pelatihan selama satu tahun penuh, antara lain peningkatan kualitas produk, kesiapan proses ekspor, pemasaran dan pencarian calon pembeli potensial.
Juga perbaikan manajemen produksi, daya saing produk, desain dan kemasan produk untuk tujuan ekspor, serta pengembangan tim ekspor yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kapasitas IKM Jawa Timur untuk dapat melakukan penetrasi dan optimalisasi pasar ekspor ke negara mitra dagang potensial.
Program pendampingan yang dilakukan Pemerintah tersebut diharapkan dapat membantu pelaku UKM dan IKM yang ada di Jawa Timur siap untuk melakukan ekspor dan menjalankan bisnis ekspor secara efektif serta melakukan penyempurnaan bisnis dalam segi manajemen, produksi, promosi serta pemasaran.
Pendampingan UKM/IKM secara efektif dan efisien yang berlangsung secara berkesinambungan akan dapat meningkatkan kualitas UKM/IKM untuk menyediakan produk yang berdaya saing tinggi yang dilengkapi dengan standard yang sesuai.
“Tentunya kami berharap bahwa pada tahun-tahun kedepan, ECP akan terus diadakan di Jawa Timur karena Jawa Timur masih memiliki banyak produk unggulan untuk dikembangkan ke pasar luar negeri,” papar Drajat, seperti dikutip kominfo.jatimprov.go.id, Senin (13/12/2021).
Senada dengan hal tersebut, Kepala Balai Besar Pendidikan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan, Hariyono Hadi Prasetyo mengatakan bahwa tujuan program pendampingan ini adalah agar para pelaku usaha mampu menjalankan bisnis ekspornya secara efektif sehingga dapat melakukan ekspor secara mandiri.
“Kami mengapresiasi kerja keras peserta ECP Jatim selama mengikuti pendampingan, serta kontribusi nilai ekspor pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung kepada nilai devisa non-migas,” pungkasnya. (*/nul)
Editor : Redaksi