KLIKJATIM.Com | Gresik — Fasilitas rumah apung di Pulau Bawean yang sempat hanyut setelah diterjang ombak beberapa waktu lalu, kini kembali rusak. Kondisi empat tali jangkar tiba-tiba putus, setelah icon wisata di Pulau Cina Bawean tersebut terhempas angin. Akibatnya, rumah apung yang semula berada di pinggir pun terbawa angin ke tengah laut.
[irp]
“Sudah semingguan (kejadiannya) dan para nelayan menariknya ke bibir pantai mangrove Cina,” ungkap Lamri, warga setempat, Selasa (20/4/2021).
Pihaknya pun mengaku heran dengan kejadian ini. Sebab tidak terjadi badai. Hanya angin, tapi mampu membuat rumah apung terlepas dari empat jangkar yang masing-masing berukuran 4 meter.
“Hanya ada sedikit angin besar,” imbuh nelayan tersebut.
Lebih lanjut, dia pun mengaku sangat menyanyangkan kejadian ini. Terlebih setelah peristiwa rumah apung yang hanyut karena ombak dan akhirnya diperbaiki.
Pasalnya, proses perbaikan yang dilakukan dinilai tidak serius. Hal itu tampak dari posisi styrofoam atau gabus yang berada di permukaan air laut kondisinya miring. Padahal sebelum ada perbaikan kondisinya sejajar.
“Gabusnya miring, kemarin kabarnya sempat diperbaiki dengan garansi 5 tahun oleh pemborong,” menurutnya.
Sejak keberadaan rumah apung ini, para nelayan juga mengaku resah. Karena terumbu karang di sekitar pantai Cina banyak yang rusak.
“Sekarang rumah apung ini ditalikan di Mangrove pantai Cina, yang itu sebenarnya dilarang dan tidak boleh karena mengganggu pemeliharaan mangrove,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Pulau Bawean, Mohammad Zen mengaku tidak bisa bisa berbuat apa-apa. Lantaran proyek rumah apung itu masih dalam pemeliharaan dan tanggung jawab Bidang Ciptakarya. Karena sampai sekarang belum diserahkan kepada Dinas Pariwisata, atau kelompok di desa setempat.
“Itu yang tanggung jawab Bidang Ciptakarya DPUTR (Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang) Kabupaten Gresik. Kami UPT PU (Pekerjaan Umum) Bawean hanya berwenang di Bidang Bina Marga dan Pengairan saja,” beber Zen saat dikonfirmasi.
Sementara, Kabid Ciptakarya DPUTR, Tri Handayani belum dapat memberikan komentar. Ketika dihubungi melalui telepon selulernya langsung direject atau ditolak.
Perlu diketahui kembali, bahwa proyek rumah apung di Pulau Bawean ini dibangun pada tahun 2019 lalu. Kabarnya, anggaran yang dihabiskan untuk proyek tersebut sampai Rp 845 juta. Namun, banyak pihak yang menilai bahwa pekerjaan rumah apung ini terkesan asal-asalan dan banyak kejanggalan. (nul)Setelah Diperbaiki Karena Hanyut, Giliran Empat Tali Jangkar Rumah Apung di Bawean Putus
Editor : Redaksi