KLIKJATIM.Com | Sidoarjo - Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim) dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Timur secara virtual di Makodam V Brawijaya Kamis (4/2/2021) malam kemarin. Dengan didampingi Kapolda Jatim dan Pangdam V Brawijaya, melalui rapat evaluasi ini Khofifah ingin mengetahui efektifitas pelaksanaan PPKM dalam menurunkan penyebaran Covid-19 di Jatim, menjelang berakhirnya kebijakan pada tanggal 8 Februari 2021 besok.
[irp]
Tampak hadir pula secara virtual Pj Bupati Sidoarjo, Hudiyono bersama dengan Bupati/Wali Kota di Jawa Timur. Dalam kesempatan itu Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan COVID-19 Jatim, Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS(K) pun memaparkan, perkembangan kasus Covid-19 di Jatim semasa PPKM tahap pertama dan kedua yang akan berakhir. Diakui bahwa kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan (prokes) pencegahan penularan Covid-19 semakin meningkat.
Selain itu, lanjut dr Joni yang juga Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya tersebut, prosentase masyarakat yang memakai masker dan menjaga jarak mulai naik kembali secara signifikan di atas 80 persen pasca PPKM. Tren penambahan kasus Covid-19 di Jatim juga semakin hari mengalami penurunan. Begitu pula dengan tingkat kesembuhan yang semakin naik.
Sebelum PPKM, tingkat kesembuhan rata-rata 500 sampai 600 orang. Dan setelah PPKM ada peningkatan hingga sekitar 700 sampai 800 orang. Untuk kasus meninggal sebelum PPKM rata-rata 60 sampai 80 orang, dan setelah PPKM turun menjadi 40 sampai 50 orang.
“PPKM ini menurut hemat kami memberikan kontribusi penurunan case day by day dan meningkatnya kesembuhan,” ucap dr Joni.
Dia juga mengungkapkan terkait peta penyebaran Covid-19 di Surabaya Raya yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik. Sesuai data kasus baru dan kematian baru Covid-19 di Surabaya Raya menunjukkan tren yang cukup baik, yaitu mengalami penurunan.
“Jadi Surabaya, Sidoarjo, Gresik kami laporkan lebih dulu karena memang fokus kita. Jadi menurun casenya (kasus covid-19). Casenya menurun, kematiannya menurun. Alhamdulillah, kematian baru menurun, casenya juga menurun,” ucapnya mengulangi.
Kondisi yang sama juga terjadi di kabupaten dan kota Malang. Untuk kasus Covid-19 maupun kematian terjadi penurunan pasca PPKM diberlakukan. Begitu pula untuk Kota batu. Meski sempat naik turun kematiannya, namun trennya semakin turun. Begitu pula dengan kasus Covid-19 yang juga mengalami penurunan.
“Alhamdulilah rasa-rasanya ada manfaatnya betul PPKM ini, kita rasakan pada PPKM kedua,” ujarnya.
Masih dikatakan dr. Joni, terdapat penurunan mobilitas masyarakat sebesar 15-25 persen pada pelaksanaan PPKM. Dalam catatannya, mobilitas tertinggi menurun saat weekend. Hal tersebut berdampak pada Rate of Transmission atau tingkat penularan Covid-19 Jatim yang mengalami penurunan dari 1,1 di awal PPKM, menjadi 0,82 per 3 Februari 2021. Begitu pula dengan positivity rate atau perbandingan jumlah kasus Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan juga mengalami penurunan. Positivity rate awal PPKM sebesar 20 persen dengan tes 32.836. Sedangkan positivity rate awal Minggu ini menjadi 18 persen dengan tes 34.436.
Sementara itu Gubernur Khofifah telah mengapresiasi kinerja kabupaten/kota di Jawa Timur yang telah melaksanakan PPKM. Dikatakan harus ada semangat yang tetap menyala untuk menghentikan pandemi Covid-19.
Sinergi antar semua pihak harus terus dilakukan dan ada hasil yang dapat dilihat dari PPKM. Seperti penurunan penumpukan pasien di rumah sakit rujukan Covid-19 sebelum PPKM diberlakukan. Ketika memasuki minggu ke empat PPKM saat ini, keterisian tempat tidur ruang isolasi pasien Covid-19 pun menjadi 54 persen. Padahal sebelum PPKM, BOR (Bed Ocupancy Rate) isolasi 79 persen.
“Dengan kebersamaan, kekuatan dan sinergi serta kolaborasi kita, rasanya kita akan punya kesempatan lebih cepat untuk menurunkan kembali positivity rate di Jawa Timur ini,” ucapnya.
Khofifah juga mengatakan, revitalisasi kampung tangguh harus diprioritaskan. Bukan semata-mata karena ada PPKM, namun untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Kampung-kampung tangguh yang sudah memiliki semangat luar biasa dalam mencegah penularan Covid-19 harus digiatkan kembali.
“Mungkin hari ini tempat cuci tangannya sudah mulai harus diganti, mungkin hari ini relawan-relawannya sudah mulai banyak yang lelah misalnya. Saya rasa proses revitalisasi dengan varian-varian dan inovasi-inovasi Bupati/Wali Kota akan bisa membangun semangat kembali yang luar biasa,” ujarnya.
Menurutnya, kampung tangguh tidak hanya untuk menghadapi Covid-19 saja. Tapi kampung tangguh di Jatim bisa untuk membangun kohesivitas sosial, guyub rukun dan toleransi di lini bawah. Oleh karena itu kampung tangguh adalah upaya membangun ketahanan nasional mulai dari lini bawah.
“Kalau itu kita kembalikan pakai esensi kampung tangguh, maka revitalisasi memang harus kita lakukan,” pungkasnya. (nul)
Editor : Catur Rini