KLIKJATIM.Com | Gresik – Polres Gresik menggelar pers rilis mengenai kasus anak SD yang matanya hampir buta yang mengaku karena dicolok tusuk pentol oleh kakak kelasnya.
Kapolres Gresik AKBP Adhitya Panji Anom membeberkan, saat ini polisi telah memeriksa 47 saksi baik dari Guru maupun para siswa belum ada yang melihat secara langsung peristiwa penusukan dengan tusuk pentol yang menimpa korban SAH (8).
Sementara itu, Berdasarkan hasil uji lab forensik yang dilakukan oleh Bidlabfor Polda Jawa Timur, DVR yang dilakukan penyitaan oleh penyidik telah dianalisa.
Hasilnya DVR (CCTV) tersebut tidak melakukan aktifitas elektronik atau merekam sejak tangga 1 Juni 2023, hingga tanggal 18 Agustus 2023, hal ini dikuatkan dari data Log File dimana sejak tanggal 1 juni 2023 hingga tanggal 18 Agustus 2023 tidak ada data yang terekam.
Dalam bahasa lain CCTV Tersebut dalam kondisi mati atau tidak dihidupkan, penjelasan dari ahli forensik menyatakan bahwa apabila rekaman CCTV sengaja dihapus, data dalam log file tetap ada atau history rekaman tetap ada.
“Namun dalam hal ini ditemukan bahwa sejak tanggal 1 juni 2023 hingga 18 Agustus 2023 tidak ada histori atau aktifitas elektronik, jadi kesimpulannya adalah CCTV yang terdapat dalam sekolah SDN 236 Gresik memang tidak aktif atau tidak menyala saat kejadian tanggal 7 Agustus 2023,” beber Kapolres.
Baca juga: Pil Koplo Masih Banyak Beredar di Surabaya, Polrestabes Ungkap Peredarannya
Kemudian dari hasil pemeriksaan mata korban yang dilakukan oleh dokter Spesialis mata tidak ditemukan pendarahan dan sobekan pada mata, dan hasil Visum selaput lendir bola mata dalam batas normal, tidak ditemukan tanda kekerasan.
“Sementara itu, dari hasil rekam MRI di Rumah Sakit PHC, antomi dan saraf yang bertanggung jawab pada penglihatan semuanya normal, tidak ditemukan traumatik,” imbuh Kapolres.
Sementara itu, Dari sisi psikologis, berdasarkan hasil psikologi yang dilakukan kepada korban, respons korban anak SAH dinilai cukup konsisten meski dilakukan berulang di waktu yang berbeda, namun perlu adanya pemeriksaan lanjutan dan pendampingan dari tim psikologi.
Peristiwa yang menimpa SAH, sebagaimana pengakuannya bermula Pada Hari Senin tanggal 7 Agustus sekitar pukul 08:30 WIB, saat anak korban melihat acara lomba 17 an disekolah UPT SDN 236 GRESIK di Desa Randupadangan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Saat anak korban lomba tersebut ia dipanggil oleh seseorang anak laki-laki dan tiba-tiba ia ditarik ke sebelah sela antara ruang dan Gerbang timur sekolah.
Lalu anak korban di mintai uang, Namun tidak diberikan oleh anak korban. Lalu anak laki laki tersebut mengambil tusukan pentol di lantai atau ditanah, sambil menutup mata kiri anak korban dengan tangannya, anak laki-laki tersebut menusuk mata anak korban lalu anak laki-laki tersebut berlari meninggalkan korban. Atas kejadian tersebut korban mengalami penurunan pengelihatan.
Meski hasil pemeriksaan tersebut tidak ditukan tanda-tanda kekerasan, namun SAH benar mengalami penurunan penglihatan di sebelah mata kanan. Sedangkan terkait penyebab terjadinya penurunan penglihatan, hingga kini masih dilakukan pendalaman.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh dr Bambang Tuharianto, Dokter Spesialis Mata dari RSUD Ibnu Sina Gresik. Bahwa sesuai pemeriksaan, pihaknya membenarkan jika terjadi penurunan penglihatan sebalah mata kanan. Namun ia tidak bisa menjabarkan penyebab dari mata korban tak bisa melihat.
Adapun, untuk penurunan mata korban hanya terjadi di sebelah mata kanan saja. Sedangkan mata kiri korban SAH dalam keadaan baik-baik saja. Terkait dengan penyembuhan mata korban, dr Bambang Tuharianto tidak bisa memastikan. Karena kesembuhan bagian dari reaksi obat.
“Seberapa buruk (penurunan pengelihatan mata korban)?, kondisi nya mata kanan korban saat ini hampir buta,” terangnya. (qom)