KLIKJATIM.Com | Gresik — Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) sekaligus Kepala BP2MI, Abdul Kadir Karding, secara resmi meluncurkan program Desa Migran EMAS (Edukatif, Maju, Aman, Sejahtera) di Kabupaten Gresik, sebagai bagian dari strategi nasional menciptakan migrasi yang aman, legal, dan berkelanjutan.
Acara peluncuran yang digelar di Wahana Ekspresi Poeponegoro (WEP) ini turut dihadiri oleh Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. Sebanyak lima desa ditetapkan sebagai Desa Migran EMAS, yaitu Desa Campurejo, Dalegan, Ngemboh, Cangakan, dan Mentaras. Kelima desa ini akan menjadi model tata kelola migrasi yang aman dan mendukung pertumbuhan ekonomi desa.
Menteri Abdul Kadir Karding mengapresiasi langkah proaktif Pemerintah Kabupaten Gresik, khususnya terkait rencana pembentukan Migran Center. Fasilitas ini ditujukan untuk membekali calon pekerja migran dengan keterampilan, soft skills, dan penguasaan bahasa asing sebelum mereka bekerja di luar negeri.
"Kita tidak melarang masyarakat bekerja di luar negeri, tetapi mereka harus berangkat secara prosedural dan dibekali kemampuan yang mumpuni," ujar Karding.
Ia juga menekankan bahwa salah satu mandat utama Kementerian PPMI adalah menghapus praktik kekerasan, eksploitasi, pelanggaran HAM, dan perdagangan orang. Data menunjukkan bahwa 95–97 persen kasus kekerasan terhadap PMI terjadi akibat keberangkatan non-prosedural melalui calo atau sindikat ilegal.
Karena itu, peran perangkat desa dan pemerintah daerah sangat penting dalam memastikan migrasi berjalan sesuai aturan. "Kepala desa harus mengawasi warganya, memastikan mereka memiliki dokumen lengkap, sertifikasi, asuransi kesehatan, dan kontrak kerja yang jelas," tegasnya.
Baca juga: Dari Tambang ke Produk Bernilai Tinggi: Freeport dan STANIA Wujudkan Hilirisasi Perak dan TimbalSejak Januari hingga 9 Juli 2025, tercatat ada 381.066 lowongan kerja luar negeri, dengan tingkat penyerapan baru mencapai 7,52 persen atau 28.648 posisi. Ini menunjukkan masih besarnya peluang bagi tenaga kerja Indonesia yang siap secara prosedural.
Program Desa Migran EMAS juga bertujuan menangkal sindikat penipuan kerja dan perdagangan orang sejak dari tingkat desa. Karding menyebutkan bahwa lulusan SMA/SMK merupakan penyumbang terbesar angka pengangguran nasional—3,66 juta orang dari total 7,28 juta pengangguran (50,4%).
“Bekerja di luar negeri tidak hanya soal pendapatan, seperti profesi perawat di Jepang yang bisa mencapai Rp15–25 juta per bulan. Tapi yang lebih penting, mereka pulang membawa pengalaman, keterampilan, dan budaya kerja positif,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengungkapkan bahwa Gresik menjadi salah satu kantong PMI di Jawa Timur, khususnya di wilayah utara dan Kepulauan Bawean. Saat ini, terdapat 3.024 PMI asal Gresik, dengan negara tujuan terbanyak adalah Malaysia, diikuti Hongkong dan Taiwan.
Sebaran tertinggi PMI Gresik berasal dari Kecamatan Dukun (26%), Panceng (18%), Ujungpangkah (14%), dan Bawean (12%). “Konsentrasi ini terjadi di daerah pesisir dan agraris yang memiliki tekanan ekonomi tinggi,” jelas Gus Yani, sapaan akrabnya.
Pemkab Gresik, lanjutnya, akan terus memperkuat edukasi dan regulasi, termasuk dengan pembentukan Migran Center, sebagai upaya literasi dan peningkatan kapasitas SDM sebelum bekerja di luar negeri.
“Kami ingin memastikan PMI berangkat dengan bekal skill, bahasa, dan mental yang kuat agar mampu berkontribusi saat pulang ke tanah air,” tandasnya. (qom)
Editor : Abdul Aziz Qomar