KLIKJATIM.Com | Jember — Ratusan santri, kiai, dan pengasuh pondok pesantren se-Kabupaten Jember menggelar aksi unjuk rasa serentak pada Kamis (16/10/2025). Aksi ini mendesak adanya boikot terhadap stasiun televisi Trans7, yang dipicu oleh tayangan program Xpose Uncensored pada 13 Oktober 2025 yang dianggap merendahkan martabat pesantren, kiai, dan santri melalui narasi serta visual yang kontroversial.
Aksi yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini diawali dengan konsolidasi massa di Kantor GP Ansor Jember di Jalan Danau Toba. Ratusan massa kemudian bergerak dalam konvoi tertib menuju Mall Transmart di Jalan Hayam Wuruk, sebelum akhirnya berkumpul di Pendapa Wahyawibawagraha untuk bertemu Bupati Jember.
Baca juga: Jelang Nataru 2026, Pemkab Lamongan Gelar HLM untuk Perkuat Sinergi Pengendalian Inflasi
Di Pendapa Wahyawibawagraha, para kiai dan pengasuh pesantren berkumpul dan menggelar musyawarah bersama massa aksi.
Baca Juga ; Pelaku UKM di Jember Didorong Sadar Merek dan HAKI: Kualitas Saja Tidak CukupPerwakilan Ulama dan Umaroh, KH. Mushoddiq Fikri Farouq (Gus Fikri), menyampaikan keprihatinannya yang mendalam.
“Sangat prihatin dengan apa yang terjadi dan menimpa pengasuh pondok pesantren yang didiskreditkan, dilecehkan, dalam bentuk narasi-narasi dan video-video yang sangat menyedihkan. Kami sangat mengutuk, dan mengecam keras, apa yang terjadi dengan cara dilecehkan begitu hinanya,” tegas Pengasuh Ponpes Riyadhus Solihien Jember tersebut.
Gus Fikri menuntut Trans7 untuk tidak hanya meminta maaf, tetapi juga melakukan tindakan konkret. Ia bahkan mendesak pemerintah untuk mengutuk keras tayangan tersebut, "Kalau perlu untuk mencabut izinnya," imbuhnya.
Baca juga: Pemkab Bangkalan Bangun Sekolah Berpikir Kritis Lewat Program Pelatihan Deep Learning
Senada, Ketua LD PBNU KH. Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) menyampaikan bahwa tayangan stasiun televisi nasional itu berpotensi menjauhkan umat dari pesantren.
Baca Juga : Pesawat Jember–Jakarta Tak Beroperasi Sejak Selasa, Pemkab Jember Berdalih Bagian dari Evaluasi Uji Coba“Apa yang dilakukan dalam silaturrahim para Kiai, sama bentuknya dengan yang dilaksanakan sahabat-sahabat Gerakan Pemuda Ansor, yang hari ini atas kepeduliannya kepada pesantren dan pengasuh pesantren. Mendapatkan stigma-stigma yang tidak baik,” ujar mantan Ketua PCNU Jember itu.
Gus Aab menegaskan bahwa para pengasuh pesantren se-Kabupaten Jember akan mendeklarasikan pernyataan sikap bersama dan menuntut penghentian program atau bahkan pencabutan izin siar yang dianggap merendahkan umat.
Menanggapi aspirasi dari ratusan santri dan pengurus Ponpes, Bupati Jember Muhammad Fawait (Gus Bupati) menyatakan siap mendukung dan menyatakan prihatin atas narasi yang dinilai mendiskreditkan pondok pesantren.
Baca Juga : TPN Kemenpan RB Verifikasi Zona Integritas Bebas Korupsi di Puskesmas Kamoning Sampang"Sebagai santri, kita tentu tidak terima jika kiai dan pesantren dilecehkan. Saya bangga pada panjenengan semua. Aspirasi ini akan kami sampaikan kepada pemerintah provinsi dan pusat. Hari Santri tahun ini, mari kita tunjukkan bahwa Jember adalah pusat santri nasional," tegas Gus Fawait.
Baca juga: Perluas Jangkauan Penerima Manfaat, Dapur MBG Yayasan Barisan Garuda Muda di Sreseh Resmi Diresmikan
Terkait sikap geram ini, seorang pengurus GP Ansor Jember yang meminta namanya tidak disebut membenarkan bahwa aksi protes ini dilakukan secara serentak secara nasional.
"Stasiun Televisi Trans7 telah dilaporkan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) oleh LBH PP GP Ansor di tingkat nasional atas dugaan pelanggaran etika penyiaran dan norma penyiaran. Selain itu, GP Ansor Jawa Timur juga melaporkan ke Polda Jatim dengan nomor polisi LP/B/1468/X/2025, atas dugaan pelecehan terhadap kiai dan pesantren," ujarnya.
Baca Juga : Hujan Es di Jember, Bapak Anak Tewas Tertimpa PohonAksi protes dan laporan hukum serupa juga dilakukan Alumni pesantren di Jakarta yang melaporkan Trans7 ke Polda Metro Jaya. (yud)
Editor : Muhammad Hatta