KLIKJATIM.Com | Ponorogo – Puluhan Mahasiswa di Ponorogo kembali menggelar aksi unjuk rasa (unras). Kali ini para mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ponorogo, menyoroti permasalahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican. Sasaran demonstrasi adalah Kantor Bupati Sugiri Sancoko, Jumat (1/4/2022).
Pantauan di lapangan, demonstrasi mahasiswa ini nyaris ricuh. Aksi saling dorong pun terjadi antara pendemo dengan petugas kepolisian. Itu terjadi ketika massa aksi hendak merangsek masuk ke kantor Bupati Ponorogo.
Kendati demikian, tapi upaya massa aksi untuk bertemu Bupati Sugiri pun gagal. Mereka hanya bisa menyampaikan aspirasinya dari luar pintu gerbang kantor Bupati.
Ketua Cabang PMII Ponorogo, Agus Murjiranto mengatakan bahwa status di TPA Mrican sudah overload. Sehingga mengakibatkan air lindi atau limbahnya merembes ke selokan.
Dari hasil riset, dia mengungkapkan ada banyak limbah yang diduga mencemari saluran irigasi pertanian warga sekitar. Tentunya, hal tersebut berdampak terhadap hasil panen yang buruk.
"Panen petani itu turun 50 persen dari hasil maksimal," tandas Agus, Jumat (1/4/2022).
Dugaan limbah air lindi ini juga menyebabkan penyakit kulit. Karena airnya mengalir ke sawah milik warga.
Selanjutnya, dia pun membeberkan kondisi terkini di TPA Mrican. Yakni terjadi ‘gunungan’ sampah karena overload. Bahkan baunya sangat menyengat hingga tercium radius sekitar 2 kilometer.
Baca juga: Setahun, Kejari Ponorogo Ungkap 4 Perkara Korupsi
"Kami mengharapkan upaya dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk betul-betul mencarikan solusi dan mengawal permasalahan ini sampai selesai," tuntutnya.
Dia menagih janji Bupati Sugiri Sancoko terkait penyelesaian masalah persampahan di Ponorogo. Yakni dengan merencanakan pengurangan jumlah volume sampah yang masuk ke TPA Mrican.
Salah satunya dengan melakukan pengolahan sampah secara mandiri oleh masyarakat, dalam bentuk pemilahan sampah organik dan anorganik. Tujuannya agar sampah yang masuk ke TPA mrican hanya sampah anorganik saja. Sebab sampah organik diolah mandiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik rencananya akan dikelola menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan (renewable).
"Namun fakta di lapangan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan di atas. Sampah organik maupun anorganik di TPA tersebut menggunung dan mengeluarkan air lindi," bebernya.
Baca juga: Longsor Kembali Terjadi di Ponorogo, Enam KK di Desa Banaran Sempat Terisolir
Dia meminta agar pengolahan briket yang berhenti selama 2 bulan segera berakhir. Lalu, betul-betul menjalankan mesin briket yang dibanggakan.
"Kita akan mengawal terus. Artinya tadi kita komunikasi, audiensi pingin mengawal ini. Bahwasanya besok di jam pagi akan audiensi dengan Bapak Bupati, akan mengusut terus permasalahan ini sampai selesai dikawal," pungkasnya.
Sebelumnya, tumpukan sampah di Tempat Pembungan Akhir (TPA) meresahkan warga Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Bukan hanya overload, tapi air limbah dari sampah ini juga mencemari sungai dan mengalir ke persawahan warga.
Akibatnya warga diduga mengalami gatal-gatal dan gagal panen. TPA Mrican merupakan tempat pembuangan sampah terakhir di Bumi Reog. (nul)
Editor : Fauzy Ahmad