Satlantas Polresta Sidoarjo Bantu Nenek Umi , Penjual Peyek yang Mengeluh Sepi Pembeli

klikjatim.com
Nenek Umi saat ditemui di rumahnya. (Satria Nugraha – klikjatim.com)

KLIKJATIM.Com I Sidoarjo – Keluhan Nenek Umi (92), penjual peyek di Jalan Diponegoro Sidoarjo yang mengaku sepi pembeli di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, akhirnya mendapat bantuan. Salah satunya dari Satlantas Polresta Sidoarjo.

[irp]

Baca juga: MPM Honda Jatim Gelar Night Ride Bareng Komunitas Malang-Blitar, Uji Performa Vario 125 di Malam Hari

Bantuan yang diberikan berupa sembako dan uang tunai. Kasatlantas Polresta Sidoarjo Kompol Wikha Ardilestanto mengatakan, pihaknya mengetahui keluhan nenek Umi tersebut dari ungahan di instagram dan youtube.

“Kami menelusuri dan menemukan rumahnya. Kita berikan bantuan berupa sembako dan uang tunai yang berasal dari program Rabu Sedekah, untuk membantu masyarakat tidak mampu yang terdampak program PPKM Darurat,” jelas Wikha, Kamis (22/7/2021).

Sebelumnya, video nenek Umi viral setelah diunggah di media sosial oleh salah satu warga. Dalam video tersebut, dia menangis karena peyek daganganya tidak laku dalam beberapa hari terakhir, karena Jalan Diponegoro tempatnya berjualan ditutup. “Kalau dagangan saya tidak laku, terus saya makan apa,” ucapnya.

Baca juga: Dari Kebun ke Industri, PTPN I Bangun Ekosistem Kelapa di Banyuwangi

Saat ditemui di rumahnya di RT 09, RW II Kelurahan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo Kota, nenek Umi bercerita, dirinya sempat berontak dan menangis keras saat seorang polwan memegang tangannya.

“Saya mengira saya dicakup dan dibawa ke panti sosial. Ternyata mbak polisi baik hati tersebut mengantarkan saya pulang ke rumah dan memberi batuan,” terangnya.

Baca juga: Amankan Aset Strategis Negara, BPN Jatim Serahkan 13 Sertipikat Tanah Hulu Migas

Nenek Umi melanjutkan, dirinya sudah tiga tahun terakhir berjualan peyek buatanya di Jalan Diponegoro. Dia berangkat sehabis subuh dan beranjak pulang sekitar pukul 09.00 WIB. Setiap hari, ia membawa 50 bungkus peyek yang dia jual Rp 2 ribu perbungkusnya. “Meskipun untungnya sedikit tapi tidak apa-apa. Sewu-sewu pokok mambu,” kata dia.

Sejatinya, oleh anak-anak-anaknya, dia disuruh berhenti berjualan. Namun semangatnya jauh melebihi tubuh ringkihnya. Tanganya terlihat bergetar. Untuk berjalan jauh, dia mengaku tidak mampu. “Kalau berdiam diri di rumah, mungkin sudah lama saya mati. Badan ini harus tetap bergerak. Laku atau tidak laku, saya tetap berjualan,” imbuhnya. (rtn)

Editor : Satria Nugraha

Lowongan & Karir
Berita Populer
Berita Terbaru