SURABAYA - PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) memastikan realokasi pupuk bersubidi, sesuai amanat Permentan tetap aman. Hal ini bertujuan mendukung peningkatan kebutuhan pupuk bersubsidi di musim tanam akhir tahun ini. Khususnya pupuk bersubsidi jenis Urea dan NPK.
Corporate Communication PIHC, Wijaya Laksana mengungkapkan, realokasi dilakukan dengan menambah alokasi. Untuk alokasi urea sebelumnya ditetapkan 4,1 juta ton. Sekarang naik menjadi 4,2 juta ton. Kemudian pupuk NPK dari 2,2 juta ton menjadi 2,7 juta ton.
“Harapannya bisa memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi hingga sebulan ke depan,” katanya.
Wijaya memastikan, saat musim tanam Oktober 2018 hingga Maret 2019 stok pupuk nasional selalu terjaga. Distribusinya juga tidak terganggu.
Dia mencatat sampai akhir November 2018, stok pupuk subsidi Nasional di Lini III (gudang, red) dan Lini IV (kios resmi, red) total 1,29 juta ton. “Jumlah ini dua kali lipat dari ketentuan stok yang ditetapkan oleh pemerintah. Ini belum termasuk dengan stok di gudang pabrik dan provinsi,” lanjutnya.
Wijaya menegaskan, untuk wilayah Jawa Timur stok dan penyaluran pupuk akan terus dimonitoring. Hingga 4 Desember 2018 stok pupuk bersubsidi mencapai 363.501 ton. Terdiri dari 128.419 ton Urea, 107.270 ton NPK, 23.479 ton SP36, 56.638 ton ZA dan 47.696 ton Organik.
“Jumlah itu dipastikan aman hingga bulan Desember ini berakhir. Sebab tiga kali lipat dari ketentuan minimum dari Pemerintah,” menurutnya.
Manager Humas PT Petrokimia Gresik, Ihwan Fahrurrozi mengimbau, agar petani bergabung dengan kelompok tani. Sehingga akses memperoleh pupuk subsidi lebih mudah.
“Pupuk subsidi ini hanya dapat diakses oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani dan memiliki Rencana Definitif Kebutuan Kelompok (RDKK),” tuturnya. (wan/roh)
Editor : Redaksi