KLIKJATIM.Com | Gresik — Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus memastikan distribusi BBM solar maupun bensin di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik telah sesuai dengan mekanisme peraturan yang berlaku.
Section Head Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Taufik Kurniawan menyampaikan, distribusi BBM di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik melalui tiga SPBU Compact yang melayani produk solar dan pertalite.
"Keduanya dijual dengan harga normal, untuk solar Rp6.800,- per Liter dan untuk Pertalite Rp10.000,- per liternya (Sesuai harga resmi),” tutur Taufik.
Dijelaskan, tiga SPBU di Bawean tersebut masing-masing yakni SPBU 5661139 kecamatan Sangkapura yang melayani 32 kiloliter Bio Solar dan 400 kiloliter Pertalite per-bulan.
Kemudian SPBU 5661101 di Kecamatan Sangkapura, melayani Bio Solar sebesar 24 kiloliter dan Pertalite 120 kiloliter per-bulan.
Sedangkan SPBU ketiga, yaitu SPBU 5661102 sedang dalam masa perpanjangan kontrak perjanjian dengan Pertamina karena masih menggunakan drum, belum menggunakan dispenser BBM dalam menyalurkan BBM.
"Dan sementara tidak efektif melayani penyaluran BBM karena kami minta untuk melangkapi sarpras sesuai standar Pertamina dulu," imbuhnya.
Dikatakan, konsumsi BBM di Bawean lebih besar pertalite dibandingkan solar. Karena mayoritas nelayan di Bawean banyak yang memakai mesin perahu yang mengonsumsi pertalite.
"Secara kuota kami juga sedang berkoordinasi dengan pemkab Gresik untuk menambah alokasi bio solar," tutur Taufik.
Dalam rangka memperlancar distribusi BBM, pihak Pertamina Patra Niaga juga berencana menambah lembaga penyalur, pasalnya dengana semakin variatif lembaga penyalur, distribusi BBM semakin baik.
"Untuk konteks nelayan kami mendorong pendirian SPBU khusus nelayan karena di Bawean memang belum ada, kami juga bersinergi dengan Pemkab untuk pengawasan distribusi bbm di Bawean," tandas Taufik.
Baca juga: Komitmen Pertamina Patra Niaga Patuhi Peraturan Pemanfaatan Ruang Laut di Jawa Timur
Sebelumnya, anggota DPRD Gresik dapil Bawean, Musa, menyoal mahalnya BBM, khususnya solar subsidi untuk nelayan.
Dia menyebut, harga solar di Bawean menyentuh Rp12 sampai Rp13 ribu per liter.
"Padahal dari distributor ke agen, harga sudah di atas Rp 8000-8500 perliter," ujar Musa, yang merupakan anggota fraksi Nasdem, Minggu (21/05/2023).
Legislator yang mewakili daerah pemilihan (Dapil) Kecamatan Sangkapura- Tambak Pulau Bawaen ini mensinyalir, ada praktek bisnis curang sehingga harga BBM solar subsidi di luar batas kewajaran dari ketentuan pemerintah.
“BBM solar subsidi di Pulau Bawean dijual diatas ketentuan harga subsidi. Dari distributor ke agen, harga sudah naik di atas ketentuan. Lalu dari agen ke sub agen dinaikkan lagi karena cari untung. Dari sub agen ke pengecer, harga naik lagi,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perikanan Gresik Ir Nadlelah menjelaskan, bahwa, awalnya ada tiga SPBUN di Pulau Bawean yang dibangun oleh pemerintah pusat.
Namun, pada tahun 2010, SPBUN tersebut diakuisisi oleh pihak swasta. Kondisinya, saat ini tidak beroperasi dan peralatannya berkarat.
“Sepekan lalu, saya baru melakukan kunjungan kerja di Pulau Bawean. Dan saya melihat sendiri kondisinya seperti itu,” ujar dia.
Karena peralatannya di SPBUN tidak beroperasi, maka BBM ketika turun dari kapal Pertamina dan diangkut dengan truk tangki, langsung dimasukkan ke drum dan diecer ke pembeli.
“Makanya, harganya terjadi tawar menawar. Bahkan, bisa sampai harganya Rp 15 ribu perliter,” papar dia.
Nadlelah menegaskan, kebutuhan solar subsidi bagi nelayan sangat tinggi di Pulau Bawean. Sebab, rata-rata kapal nelayan bobotnya diatas 5 gross ton (GT). Sehingga, menggunakan BBM jenis solar.
“Ada ratusan bantuan mesin kapal yang peralihan ke bahan bakar gas (BBG) dari pemerintah pusat. Tetapi, nelayan tak memanfaatkan dengan membuang filter gas kembali ke solar,” pungkas dia. (qom)
Editor : Abdul Aziz Qomar