KLIKJATIM.Com | Bangkalan – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mendorong Universitas Trunojoyo Madura (UTM) untuk mengambil peran lebih strategis sebagai pusat pengembangan, dokumentasi, dan literasi budaya Madura.
Hal tersebut disampaikannya saat memberikan orasi ilmiah dalam Kongres Kebudayaan Madura di Gedung Pertemuan R.P. Mohammad Noer, UTM.
Dalam forum akademik tersebut, Fadli Zon mengapresiasi langkah UTM yang menghadirkan ruang dialog antara pemerintah, sivitas akademika, seniman, serta budayawan dalam satu wadah ilmiah. Menurutnya, perguruan tinggi memiliki posisi penting dalam menjaga kesinambungan kebudayaan daerah melalui riset, pendidikan, dan pengembangan pengetahuan.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada pimpinan UTM atas inisiatif penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Madura ini. Forum semacam ini menjadi media strategis untuk menyampaikan visi, misi, dan arah kebijakan kebudayaan kepada dunia akademik dan masyarakat luas,” ujar Fadli Zon, Senin (23/12/2025).
Ia menegaskan bahwa Indonesia merupakan bangsa dengan tingkat keragaman budaya yang sangat tinggi atau mega diversity. Kekayaan budaya tersebut, lanjutnya, tidak hanya menjadi identitas bangsa, tetapi juga modal peradaban sekaligus potensi ekonomi yang dapat dikembangkan melalui ekonomi budaya dan industri kreatif.
“Budaya adalah modal peradaban dan juga modal ekonomi. Jika dikelola secara serius dan berkelanjutan, ekonomi budaya dan industri kreatif berbasis kebudayaan akan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Trunojoyo Madura, Prof. Dr. Safi’, S.H., M.H., menegaskan bahwa keterlibatan UTM dalam pelestarian budaya Madura merupakan bagian dari komitmen institusional kampus. Menurutnya, pelestarian dan pengembangan budaya tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga pendidikan bersama pemerintah daerah.
“Jika bukan lembaga pendidikan dan pemerintah daerah yang ikut bertanggung jawab melestarikan dan mengembangkan budaya Madura, lalu siapa lagi?” ujarnya.
Prof. Safi’ mengakui bahwa UTM masih menghadapi sejumlah keterbatasan, baik dari sisi ruang maupun koleksi budaya. Namun demikian, ia menilai bahwa inisiatif awal menjadi langkah penting sebagai fondasi pengembangan ke depan.
“Memang ruangnya masih terbatas dan koleksinya belum banyak. Namun seperti yang disampaikan Pak Menteri, yang terpenting adalah inisiatifnya. Ke depan tentu akan terus kami kembangkan, baik dari segi ruang maupun koleksi,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa inisiatif UTM mendapat respons positif dari masyarakat, khususnya para budayawan Madura. Sejumlah seniman dan pemerhati budaya secara sukarela menghibahkan karya seni, artefak, serta benda-benda budaya kepada UTM tanpa meminta imbalan.
“Ada yang menghibahkan lukisan, ada pula berbagai karya dan benda budaya lainnya secara cuma-cuma. Ini menunjukkan kepercayaan dan kebanggaan para budayawan terhadap UTM,” ungkapnya.
Menurut Prof. Safi’, langkah tersebut tidak hanya memperkaya koleksi budaya kampus, tetapi juga membuka ruang akademik bagi penguatan literasi budaya, riset, serta pengembangan kajian kebahasaan, termasuk peningkatan kompetensi Bahasa Madura di lingkungan perguruan tinggi.
Dengan sinergi antara pemerintah pusat, perguruan tinggi, dan masyarakat, UTM diharapkan mampu berkembang menjadi pusat dokumentasi, pengarsipan, dan pengembangan budaya Madura berbasis riset dan literasi akademik, sekaligus menjadi rujukan kebudayaan Madura di tingkat regional maupun nasional.
Editor : Abdul Aziz Qomar