klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Menuju Solusi Agrikultur Indonesia, Petrokimia Gresik Libatkan Milenial dan Sentuhan Teknologi Dalam Aplikasinya

avatar Wahyudi
  • URL berhasil dicopy
Melalui sentuhan teknologi seperti penggunaan drone dalam pemupukan, minat milenial di sektor pertanian makin tumbuh selain teknologi ini sangat efisien dalam pemumpukan tanaman.
Melalui sentuhan teknologi seperti penggunaan drone dalam pemupukan, minat milenial di sektor pertanian makin tumbuh selain teknologi ini sangat efisien dalam pemumpukan tanaman.

KLIKJATIM.Com | Gresik - Sebagai negara agraris, Indonesia saat ini berpotensi kehilangan masa depan kejayaan tanaman pangan. Salahsatu faktornya adalah minimnya generasi milenial yang tertarik dengan sektor pertanian. Kemudian teknologi masih tertinggal jauh dibanding negara agraris lainnya yang sudah menerapkan teknologi seperti Jepang dan Thailand.

Tidak hanya kedua komponen tersebut, Prof. Dr. Ir. Mohammad Ashari, Rektor ITS menyatakan menyebut perubahan iklim, pandemi COVID-19, dan industri 4.0. menjadi pemantik utama perubahan perubahan agrikultur di Indonesia.

Untuk itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mendukung para pemangku sektor pertanian untuk menjadi lebih produktif dengan mengedepankan adaptasi teknologi dalam operasional pertanian.

Wagub menilai, persoalan utama yang dihadapi pertanian saat ini adalah keterlibatan anak milenial yang minim. “Kalau kita bedah, minat generasi muda untuk ke sektor pertanian selalu sangat kecil. Minat ini kecil karena dianggap pertanian tidak prospektif, ternyata satu per tiga tenaga kerja pertanian didominasi oleh senior dan merupakan lulusan SD dan SMP.” imbuh Wakil Gubernur Jatim.

Emil Dardak menjelaskan, langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah memberi semangat kepada anak muda dan meningkatkan produktivitas agrikulturdengan memanfaatkan teknologi terkini.

“Ketika kita bicara soal teknologi, banyak hal yang bisa meningkatkan produktivitas seperti green irrigation, penyemprotan menggunakan drone, atau remote sensing untuk menavigasilahan”,  ujar Emil.

Hal ini disepakati oleh Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman M Corp. Dia mengingatkan pentingnya melibatkan metaverse, Gen Z, dan SDGs sebagai bagian dari model Swoosh yang dikembangkannya untuk mendukung keberlangsungan sektor agrikultur di era post-recovery.

“Gen Z memiliki perhatian yang kuat pada SDGs, termasuk untuk lingkungan. Misalnya Potato Head, beachclub yang saat ini mengembangkan lab sampah dan hingga saat ini ramai didatangi oleh Generation Z. Maka pemangku kepentingan bisa mengeluarkan inovasi yang melibatkan Gen-Z agar sektor ini terus dilirik oleh kaum muda”.

Urgensi penyerapan anak muda bagi sektor pertanian terus meningkat mengingat saat ini tenaga kerja didominasi oleh generasi millenials dan baby boomers. Ditambah populasi masyarakat yang terus bertambah setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya angka kebutuhan konsumsi beras.  

Menanggapi kurangnya produktivitas pertanian saat ini, Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengungkapkan, pihaknya memberikan beasiswa petani kepada pelajar dan mahasiswa yag menaruh minat pada pertanian. Kemudian untuk merangsang GenZ dan generasi milenial tertarik ke pertanian, salahsatunya memberikan sentuhan teknologi kekinian yang diminati anak muda.

Petrokimia Gresik sepakat, untuk memenuhi besarnya kebutuhan pangan tersebut, butuh keterlibatan milenial dan sentuhan teknologi. Solusi yang mengedepankan teknologi terusdigalakkan. Misalnya PT Petrokimia Gresik yang pada 14 Juli 2022, secara perdana mengadakan eksebisi aplikasi pupuk menggunakan drone.

Produk yang akan digunakan dalam penyebaran pupuk ini merupakan salah satu produk unggulan PT Petrokimia Gresik yaitu Phonska Plus Formula 15-15-15. Melalui sentuhan teknologi ini diharapkan bisa membangkitkan  kesadaran pelaku dan pemangku kepentingan sektor agrikultur mengenai akselerasi pada digital farming terus digalakkan untuk mendukung produktivitas petani di Indonesia.

Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan upaya lain dalam mempertahankan ketahanan pangan nasional yakni digital farming. Ini menjadi salah satu strategi intensifikasi pertanian yang sudah seharusnya diaplikasikan di era industri 4.0 ini, untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus pendapatan petani.

“Selama tiga tahun ini Indonesia memang tidak melakukan impor (beras, Red), tapi apabilakita tidak melakukan apa-apa sekarang, maka krisis pangan akan terjadi di negara kita. Untuk itu kita harus terus melakukan perbaikan dan inovasi yang berkelanjutan,” tandas Dwi Satriyo.

Menurut Dwi Satriyo, selain dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas pertanian,pengenalan digital farming juga menjadi sarana untuk semakin meningkatkan ketertarikangenerasi muda terjun di sektor pertanian. Mengingat generasi muda identik dengan teknologidan segala sesuatu yang praktis.

“Sejak pandemi Covid-19, terdapat kenaikan angkatan kerja muda untuk sektor pertanian dari 18 persen menjadi 20 persen lebih. Ini adalah angin segar bagi sektor pertanian Indonesia yang harus terus kita dorong dengan kemajuan teknologi,” tutup Dirut Petrokimia Gresik.

Untuk mendorong minat petani muda agar terus meningkatkan produktifitasnya di sektoor pertanian, Petrokimia Gresik menyelenggarakan Program Makmur. Hingga kini Petrokimia Gresik telah menggandeng 21.344 petani  dengan luasan lahan yang digarap mencapai 19.421 Hektare (Ha) atau 121 persen dari target yang diamanahkan yaitu 16.000 Ha.

Program Makmur  merupakan upaya untuk menciptakan ekosistem yang mendukung petani dari hulu hingga hilir, sehingga proses budidaya maupun pemasaran hasil pertanian berjalan optimal.

“Program ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian di berbagai komoditas yang kami garap, mulai dari tanaman pangan, perkebunan hingga hortikultura,” Dwi.

Adapun Program Makmur yang dijalankan Petrokimia Gresik pada 2021 lalu menyasar komoditas padi (seluas 7.781 Ha), tebu (5.728 Ha), jagung (4.292 Ha), kelapa sawit (948 Ha), benih kangkung (532 Ha), bawang merah (50 Ha), tembakau (50 Ha), porang (35 Ha), dan melon (5 Ha).

“Mayoritas di Jawa Timur yang merupakan wilayah terdekat dengan perusahaan. Kemudian Jawa Tengah dan DIY, disusul Bali-Nusra, Jawa Barat, serta Sumatera,” kata dia. (ris)

Editor :