Oleh Dewi Musdhalifa
Pegiat Literasi Gresik
Sore itu, tepatnya hari Jum'at, tanggal 15 Oktober 2021, saya merasakan angin segar berhembus di antara gerahnya cuaca dan atmosfir seni yang kering.
Semilir kesegaran itu berasal dari sebuah cafe Senja Jingga, milik Joko Iwan, salah satu perupa. Kedai kopi sekaligus artspace ini terletak di Dusun Ngargosari, Putri Cempo, Kecamatan Kebomas, Gresik. Para perupa tengah menggelar Opening Art Pameran Lukisan, Komunitas Gerakan Seni Rupa Gresik (Gasrug) dalam tajuk E-soon Gresart tahun ke-6.
Komunitas Gasrug selalu berusaha menggelar Happening Art dalam bentuk pameran karya lukis setiap tahunnya di bulan Oktober dan digelar di beberapa tempat yang dipilih, mulai dari WEP (Wahana Ekspresi Pusponegoro), Icon Mall, sampai Kafe Senja Jingga.
Pameran lukis kali ini didukung oleh 19 perupa yang memamerkan karya dalam beragam jenis aliran. Ekspresionis, abstrak, realis, dekoratif sampai kaligrafi.
Yang tak kalah menarik adalah kedatangan beberapa perupa kondang. Sebut saja Joko Sudibyo (mas Dibyo), Joko Pramono dan Eko Sumargo.
Mas Dibyo, pelukis ekspresionis ini, memberi pengantar dalam pembukaan pagelaran lukisan. Beliau menekankan 2 hal, yakni pentingnya managerial dan marketing. Setelah berkarya, bagaimana kemudian karya tersebut mampu menghidupi pelukisnya.
Bagi pelukis yang sudah memiliki studio di negara Korea ini, stigma "Bercintalah dengan Seniman, tapi menikahlah dengan saudagar" perlu diganti "Bercinta dan menikahlah dengan seniman karena seniman pun mampu sekaya saudagar."
Idealisme harus tumbuh saat berkarya, namun setelahnya, kehidupan keluarga juga menjadi perhatian penting. Sebuah karya tidak perlu dimiliki oleh banyak kolektor, namun menentukan karya ini di tangan kolektor yang tepat adalah kuncinya.
Pembukaan di awali dengan tarian Putri Campa dan sebuah pertunjukan teater. Selanjutnya secara resmi dibuka oleh Dr. Reza, seorang perupa senior yang berprofesi sebagai dokter. Selama ini beliau selalu mendukung kegiatan Gasrug.
Mayek Prayitno, penulis sekaligus perupa yang ditunjuk sebagai kurator dalam pameran ini memaparkan dalam tulisannya yang terpampang di tembok galeri Senja Jingga berjudul E-Soon, bahwa tema pameran merupakan gagasan kreatif yang muncul dari seniman lokal.
Esoon, berarti aku atau saya (bahasa Gresik), yang diperuntukkan untuk menyebut diri sendiri.
Ke-aku-an ini perlu dimaknai atau ditafsir ulang. “Aku” diarahkan melalui proses “pencarian” sebagai seorang perupa atau seniman di tengah sengkarut struktur masyarakat, globalisasi beserta keterlibatannya di era digital atau dunia maya. Dunia yang tak memiliki batas normal.
Filosofi ini dalam bahasa visual paling sederhana bisa dibaca dari sebuah lukisan karya Dimas, Alumnus SMA Muhammadiyah 1 Gresik yang melukis seorang anak lelaki dengan wajah riang, menyambut segalanya dengan senyuman dan gaya yang khas. Lukisan ini berjudul "Meski loyo, tetap ayo." Presentasi dari semangat berkarya meski dalam kondisi yang serba sulit.
Perspektif E-Soon ini diterjemahkan berbeda. Lukisan Kak Komang mengartikan E-Soon sebagai Elektronik Soon. Dalam lukisannya digambarkan seseorang yang tubuhnya diselubungi pakaian plastik dari ujung kepala sampai kaki. Tangan memegang gelas kopi yang dipandang dengan antusias untuk diminum. Sedangkan di atas kepalanya terdapat banyak simbol akun medsos mengisi pikirannya. Bagaimana pikiran berada di dunia maya, sedangkan keinginan satu-satunya yang nyata, yakni kenikmatan kopi terhalang oleh bungkus plastik pelindung diri dari virus corona. Simbol ketidakberdayaan manusia saat ini.
Ruang seni apa pun itu, merupakan sebentuk respon dari kesadaran yang tumbuh terhadap fenomena yang terjadi. Tidak menghakimi, namun menyodorkan realitas dan kemungkinan-kemungkinan lain.
Kunjungan kecil saya ini ditutup dengan dialog Joko Iwan, tentang kesediaannya meminjamkan Kafe Senja Jingga sebagai tempat ekspresi, mulai tanggal 15 Oktober hingga 31 Oktober 2021.
Orang-orang yang dikutuk sebagai seniman tentu akan terus berkarya dalam kondisi apa pun, termasuk di tengah kepung pandemi. Terhadap pernyataan ini, saya mengamininya dan berderailah tawa kami bersama. (*l
Editor : Redaksi