Dikit-dikit Mental Health, Alay!

Reporter : Redaksi - klikjatim

Ilustrasi gangguan mental (Pinterest)

Oleh: Destania Maharani – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Di tengah kesibukan dan tantangan kehidupan sehari-hari, kesehatan mental (Mental Health) seringkali terlupakan atau malah disepelekan dan diremehkan. Banyak orang yang speak up tentang mereka yang punya gangguan kecemasan, depresi, dan panic attack itu kalau sharing diketawain.

Karena kebanyakan orang hanya berfokus pada kesehatan fisik dan meremehkan kesehatan mental. Padahal kesehatan mental merupakan hal yang penting yang perlu kita pahami, kita jaga, dan kita rawat.

Kesehatan mental adalah ketika seseorang merasa baik tentang dirinya sendiri, mampu melihat potensinya, mampu mengatasi tekanan hidup dan normal, mampu bekerja dengan produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Kesehatan mental yang baik ialah dimana keadaan batin yang tenang dan positif, serta memungkinkan seseorang menikmati kehidupan sehari-harinya dan menghargai orang lain. Namun jika kondisinya sebaliknya, gangguan kesehatan mental dapat menyebabkan efek seperti emosi yang tinggi, kemarahan cepat, dan sakit yang tidak dapat dijelaskan. 

Tak sedikit kini banyak orang yang bilang “dikit-dikit mental health”, “ada masalah dikit mental health”, “hal apapun dikaitinnya sama mental health” “ah gitu aja kok stress” bahkan sampai mengatakan bahwa itu sebuah hal yang “alay” atau berlebihan.

Padahal kita tidak ada hak untuk mengatakan kalimat alay dan sebagainya karena kita sendiri tidak tahu bagaimana rasa menjadi orang yang terkena mental health issues. 

Survei yang dilakukan terhadap 1.005 orang di seluruh Indonesia pada 16-17 September 2022 lalu melalui aplikasi Populix menunjukkan bahwa 52 persen orang di Indonesia merasa dirinya punya masalah dalam kesehatan mental. 

“Setengah dari responden tahu bahwa mereka mungkin memiliki masalah kesehatan mental, terutama di kalangan 18-24 tahun dan mereka telah menyadarinya selama enam bulan terakhir,” demikian dikutip dari hasil survei Populix.

Selain itu, survei ini menunjukkan pula berbagai gejala-gejala kesehatan mental, diantaranya termasuk perubahan suasana hati (26%), perubahan kualitas tidur dan nafsu makan (19%), ketakutan berlebihan atau cemas (18%), kelelahan parah (10%), merasa bingung, pelupa, atau pemarah (8%). 59% dari responden mengatakan bahwa masalah keuangan atau finansial adalah penyebab utama dari masalah mental mereka. Dan kesepian adalah penyebab terbesar lainnya, yakni di 46%.

Baca juga: Oktoberfest Crown Prince Hotel Surabaya Digelar, Panen Diskon Bagi Pengunjung

Generasi Z, juga dikenal sebagai Gen Z, memiliki tingkat depresi dua pertiga lebih tinggi daripada generasi millenial, menurut penelitian yang dilakukan oleh University College London. Bahkan, sekitar 70% remaja dari berbagai ras dan jenis kelamin mengalami kecemasan dan depresi, menurut dari penelitian Pew Research Center.

Seberapa penting sih kesehatan mental? Kesehatan mental adalah hal yang penting yang perlu diperhatikan. Orang dengan kesehatan mental yang baik dapat berpartisipasi dalam aktivitas secara produktif dan memaksimalkan potensi mereka. Selain itu, mereka akan memiliki kemampuan untuk berpikir secara positif dan terbuka ketika menghadapi berbagai masalah dalam hidup mereka. Hal ini akan membantu mereka menjadi lebih baik dalam menangani masalah.

Kalau kesehatan mental kita tidak baik, maka kemampuan kita berelasi dengan orang-orang di sekitar itu menjadi tidak baik. Penelitian Harvard University in The Longest Study On Happiness mengatakan, Orang bahagia itu kuncinya cuma satu, yaitu relasi dengan orang-orang sekitar itu baik. Sehingga memang sebaiknya jangan dianggap remeh soal kesehatan mental ini, karena kalau dianggap remeh, bisa merajalela ke mana-mana.

Kita semua bertanggung jawab untuk membangun masyarakat yang memahami dan mendukung kesehatan mental. Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan memberikan akses ke sumber daya yang tepat, kita dapat membantu setiap orang mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik. Sehingga, orang tua, orang terdekat, masyarakat sekitar, atau bahkan institusi kesehatan memiliki peran yang cukup penting dalam mendukung dan mendampingi individu atau seseorang yang sedang mengalami masalah kesehatan.

Komunitas kesehatan mental harus diterapkan di desa, sekolah, dan tempat layanan publik lainnya. Untuk mengurangi jumlah penderita ganguan kesehatan, pendampingan masyarakat yang mengalami kesehatan mental ini harus dilakukan dengan maksimal. Diharapkan dengan berbagai peran ini, orang dewasa dan remaja akan menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan mental. (Red)