HUT ke-756, Sumenep Jadikan Budaya Sebagai Kompas Pembangunan

Reporter : Hendra
ACARA. Wabup Sumenep, Imam Hasyim, menyampaikan sambutan pada upacara peringatan Hari Jadi ke-756 Kabupaten Sumenep di halaman Kantor Bupati. (doc. M.Hendra.E/KLIKJATIM.Com)

KLIKJATIM.Com | Sumenep - Di tengah semarak peringatan Hari Jadi ke-756 Kabupaten Sumenep, Madura, suasana halaman Kantor Bupati berubah menjadi ruang perayaan identitas. 


Ratusan peserta dari berbagai lapisan, mulai pejabat pemerintahan, tokoh adat, pelajar, hingga unsur Forkopimda, berkumpul dalam upacara yang dikemas penuh dengan nuansa budaya lokal.

Baca juga: ASN Sumenep Dilarang Pakai Mobil Dinas Buat Wisata, Nekat Melanggar Bakal Disanksi


Upacara yang berlangsung pada Jumat (31/10) pagi itu terasa istimewa karena digelar bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda ke-97 dan HUT ke-80 Provinsi Jawa Timur. 


Sejak awal prosesi, bahasa Madura digunakan sebagai pengantar seluruh rangkaian kegiatan, mempertegas komitmen pemerintah daerah dalam menjaga jati diri lokal di tengah arus modernisasi.


Wakil Bupati (Wabup) Sumenep, Imam Hasyim, yang memimpin jalannya upacara, menegaskan bahwa kekuatan tradisi bukan hanya sebatas simbol masa lalu, tetapi juga fondasi bagi pembangunan masa depan daerah.


“Tema Ngopene Soengenep bukan sekadar slogan. Ini ajakan bagi kita semua untuk merawat bahasa, kesenian, dan kebiasaan masyarakat agar tidak hilang ditelan waktu,” ujar Wabup Imam, Jumat (31/10). 


Lebih jauh, Imam menilai bahwa pelestarian budaya lokal harus menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan daerah. 


Ia menekankan pentingnya mengaitkan warisan budaya dengan sektor-sektor strategis seperti pendidikan, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Baca juga: Rekonstruksi Sidang PN Sumenep, Terungkap Indikasi Terdakwa Kasus Sapudi Bertindak Demi Bela Diri


“Tradisi tidak berhenti pada pelestarian. Ia harus tumbuh menjadi sumber inovasi dan ekonomi kreatif yang mampu bersaing,” tambahnya.


Rangkaian acara dimulai dengan pengibaran bendera merah putih dan pembacaan teks Pancasila serta UUD 1945. 


Doa dan naskah upacara yang seluruhnya disampaikan dalam bahasa Madura memberi sentuhan khas, memperlihatkan bagaimana nilai-nilai budaya bisa diintegrasikan dalam kegiatan formal pemerintahan.


Dalam pidatonya, Imam juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk kalangan kampus, komunitas seni, dan generasi muda, untuk menjadi motor penggerak kebangkitan budaya.

Baca juga: Libur Nataru 2025, Penumpang di Terminal Arya Wiraraja Sumenep Alami Lonjakan


“Anak muda hari ini memikul dua tanggung jawab: menjaga nilai-nilai budaya dan mengubahnya menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.


Penyatuan momen Hari Sumpah Pemuda dengan Hari Jadi Sumenep, menurut Imam, memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar perayaan seremonial.


“Semangat persatuan nasional dan identitas daerah adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus berjalan bersama membentuk arah masa depan Sumenep,” tandasnya.

Editor : Wahyudi

Lowongan & Karir
Berita Populer
Berita Terbaru