Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, pembangunan SPPG bertujuan menjamin ketersediaan makanan bergizi gratis (MBG) bagi santri dengan standar kesehatan dan kebersihan yang ketat.
Baca juga: Distribusi MBG Sumenep Selama Libur Semester Dinilai Tak Merata, Koordinasi SPPG Jadi Sorotan
“Kesehatan santri bukan sekadar angka statistik. Ini soal nyawa dan masa depan bangsa. Maka makanan harus sehat, halal, dan thayyib,” tegasnya.
PBNU menargetkan membangun 1.000 titik SPPG di seluruh Indonesia. Saat ini, lebih dari 531 yayasan, pesantren, dan sekolah di lingkungan NU sudah terlibat.
Dari jumlah itu, 17 unit telah beroperasi penuh, sementara 42 yang baru diresmikan masih dalam tahap pembangunan dan verifikasi. Setiap unit membutuhkan investasi sekitar Rp2 miliar.
Dengan 17 unit berjalan, sudah terserap dana Rp34 miliar untuk melayani 50 ribu santri, dari total 5 juta santri mukim di pesantren NU se-Indonesia.
Program ini merupakan akselerasi dari kerja sama PBNU dengan Badan Gizi Nasional (BGN) yang ditandatangani Februari lalu. Selain dapur penyedia MBG, SPPG juga diarahkan menjadi sentra produksi pangan, mulai beras, lauk pauk, ikan, telur, hingga sayuran.
Ketua Interim Tim Konsultasi dan Akselerasi Program MBG PBNU KH Fahmy Akbat Idries menyebut, hingga kini sudah ada 531 yayasan di bawah NU yang mendaftar sebagai mitra BGN. Kepala BGN, Dr. Ir. Dadan Hindayana, menyampaikan apresiasi kepada PBNU atas dukungan besar terhadap program nasional tersebut.
Baca juga: Tolak Kriminalisasi, 72 Advokat Kawal Pemeriksaan di Polres Jember
Sementara itu, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Hodri Ariev menegaskan pentingnya ketepatan penyajian untuk mencegah keracunan.
Ia menjelaskan, distribusi makanan dari dapur ke penerima manfaat tidak boleh lebih dari 30 menit agar tetap layak santap. “Kalau semua shift bekerja baik, keracunan tidak akan terjadi. Kalau ada, biasanya karena kontrol tidak sempurna atau kualitas pasokan tidak sesuai standar,” ujarnya.
KH Hodri juga memaparkan bahwa satu dapur MBG rata-rata bisa melayani 3.000 santri, bahkan bisa hybrid untuk beberapa pesantren sekitar.
RMI, kata dia, menjadi penghubung antara pesantren dengan mitra pendukung pembangunan dapur, mengingat biaya pembangunan bisa mencapai Rp1,5–2 miliar. “Banyak pesantren tidak punya dana sebesar itu. Maka kami mempertemukan dengan mitra agar program ini bisa jalan,” jelasnya.
Baca juga: Hari Ibu, Perempuan Jember ini Diamankan Karena Mutilasi Bayi Yang Baru Dilahirkannya
Dalam kesempatan peresmian, Gus Yahya menyerahkan paket MBG kepada 50 ribu santri penerima manfaat. Ia menegaskan, NU wajib mendukung pemerintah dalam program kemaslahatan rakyat. “MBG ini hak anak-anak kita. Maka kita wajib sukseskan agar mereka mendapat haknya,” kata Gus Yahya menambahkan.
Dari informasi yang dihimpun, diketahui SPPG yang diresmikan PBNU, di antaranya berada di Pesantren Tebuireng Jombang, Tambakberas, Darul Ulum Jombang, Zainul Hasan Genggong, serta beberapa pesantren di NTB, Sumsel, dan Kalimantan. (ris)
Editor : Muhammad Hatta