klikjatim.com skyscraper
klikjatim.com skyscraper

Warga Jatim di Tangerang: Tolong Saya Bu Khofifah, Saya Tidak Ingin Mati Kelaparan

avatar klikjatim.com
  • URL berhasil dicopy
Sutikno bersama anaknya yang masih berusia 5 tahun saat berada di rumah kontrakannya di RT 06/RW 01 Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. (Sutikno for klikjatim.com)
Sutikno bersama anaknya yang masih berusia 5 tahun saat berada di rumah kontrakannya di RT 06/RW 01 Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. (Sutikno for klikjatim.com)

KLIKJATIM.Com | Surabaya—Nasib para perantau asal Jatim di Jakarta belum jelas. Mereka di Ibu Kota saat ini berhenti bekerja akibat wabah covid-19 atau virus corona. Namun, mereka tak diperbolehkan mudik. Bantuan dari pemerintah juga tak kunjung mereka terima.

Sutikno (35) asal Desa Ndukuh, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan contohnya. Saat ini dia tertahan di RT 06/RW 01 Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Dia di sana bekerja sebagai tukang poles marmer. Setiap hari dia berangkat kerja bersama pamannya naik motor.

“Karena diterapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar), akhirnya tidak bisa keluar rumah,” kata Sutikno kepada klikjatim.com melalui sambungan seluler, Jumat (24/4/2020).

[irp]

Sutikno mengatakan, selama pemberlakukan PSBB oleh Pemprov DKI Jakarta, praktis mata pencahariannya terputus. Begitu juga pamannya. Sejak diberlakukan PSBB hingga saat ini dia juga tidak memiliki kegiatan apapun. Setiap hari dia hanya merenungi nasibnya di rumah kontrakannya.

Di tanah rantau, Sutikno membawa anak istrinya. Sudah dua tahun dia tinggal kontrak. Anaknya masih umur 5 tahun. Kini dia tak punya penghasilan lagi.

“Di sini, saya tidak dapat bekerja, tak ada bantuan sama sekali yang datang ke sini,” ujarnya.

Bantuan dari Pemprov Jatim maupun dari pemerintah tempat dia tinggal juga tak kunjung datang. Sutikno mengaku kesulitan untuk mengakses bantuan. Padahal, pengakuannya saat ini dia sangat butuh bantuan untuk menyambung hidupnya.

Menurut Sutikno, dirinya sudah pernah membuat surat domisili agar mendapatkan bantuan. Namun, dia kesulitan mengurus. Beberapa kali mencoba mengurus dia selalu gagal.

“Untuk membuat surat domisili saja tidak bisa, apalagi daftar bantuan mengunakan surat domisili,” terang bapak satu anak ini.

[irp]

Dia berharap ada kebijakan dari Pemprov Jatim terhadap perantau dari Jatim yang sekarang masih tertahan di Jakarta. Khususnya perantau yang bekerja kasaran seperti dirinya di Jakarta.

“Tolong saya Bu Khofifah (Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa), saya tidak ingin mati kelaparan,” kata Sutikno berharap mendapatkan perhatian dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parwansa.

Nasib serupa Sutikno juga dirasakan Rahayu Ningsih perantau asal Desa Tambakrono, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Hingga saat ini dia masih tertahan di Jatake, Kecamatan Cikupa, Tangerang. Perusahaan tempat dia bekerja telah merumahkannya sejak sebulan yang lalu.

“Iya sudah sebulan enggak bekerja. Di sini perantau enggak dianggap, enggak dapat bantuan,” kata perempuan yang bekerja di pabrik sepatu itu.

Rahayu mengaku telah tujuh tahun dia bekerja di pabrik sepatu tersebut. Saat ini bersama suami dan satu anaknya dia tinggal di rumah kontrakan. Selama sebulan dirumahkan, dia juga tidak mendapat gaji sama sekali.

“Enggak digaji sama sekali,” ujarnya.

[irp]

Terpisah, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Jatim, Alwi saat dikonfirmasi mengatakan, belum bisa memastikan nasib warga Jatim yang merantau di luar daerah yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi covid-19. Pemprov Jatim, kata Alwi, baru akan membahasnya lebih lanjut.

Namun, Alwi menyarankan kepada para perantau asal Jatim melaporkan kepada aparat atau pemerintah setempat di mana warga tinggal. Menurut Alwi, dengan begitu mereka akan didata dan bisa mendapatkan bantuan.

“Melapor ke aparat, biar cepat didata,” ujarnya. (mkr)

Editor :