Kemarau di Sumenep Diprediksi Berlangsung Basah dengan Curah Hujan Tinggi hingga Oktober

klikjatim.com
ILUSTRASI. Curah hujan di wilayah Sumenep selama bulan Juni 2025 tercatat mencapai lebih dari dua kali lipat dari rata-rata normal. (Istimewa/KLIKJATIM.Com)

KLIKJATIM.Com | Sumenep — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Timur memprakirakan bahwa musim kemarau di Kabupaten Sumenep tahun 2025 akan didominasi oleh curah hujan lebat. Fenomena yang disebut "kemarau basah" ini diproyeksikan akan berlangsung hingga Oktober mendatang.

Kepala BMKG Trunojoyo Sumenep, Ari Widjajanto, menjelaskan bahwa curah hujan di Sumenep selama Juni 2025 sudah mencapai lebih dari dua kali lipat dari rata-rata normal.

Baca juga: BMKG : Gempa 4,2 Sr Sempat Goyang Perairan Sumenep

"Musim kemarau tahun ini tergolong kemarau basah dan diproyeksikan berlangsung hingga Oktober 2025," ujar Ari, Minggu (3/8).

Baca Juga : Truk Nyangkut Pohon, Lalu Lintas di Gapura Paberasan Sumenep Macet
Ari menjelaskan, fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor. Suhu permukaan laut di Pasifik Ekuator berada dalam status netral, sehingga tidak ada dominasi El Niño atau La Niña. Namun, suhu permukaan laut di wilayah selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur justru lebih hangat dari biasanya, memicu pembentukan awan hujan. Selain itu, angin Monsun dari Australia juga aktif, turut mendukung peningkatan curah hujan.

BMKG memprediksi beberapa wilayah di Sumenep, seperti Kecamatan Arjasa dan Kangayan, akan mengalami curah hujan 151 hingga 200 persen dari kondisi normal. Bahkan, ada potensi curah hujan di sejumlah area lain bisa melebihi 200 persen.

Baca juga: Sumenep Desentralisasi Agenda Wisata 2026, 54 Event Turun ke Kecamatan

Meskipun ketersediaan air tanah di Sumenep saat ini masih dalam kategori sedang (40-60%), tingginya curah hujan ini membawa risiko. Ari mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir lokal dan tanah longsor, terutama di daerah perbukitan dan dataran rendah.

Baca Juga : Sapi Sonok, Perpaduan Tradisi dan Estetika di Sumenep
BMKG menyarankan agar pemerintah dan warga melakukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi. Ini termasuk penanaman ulang, optimalisasi sistem drainase, dan perbaikan infrastruktur lahan untuk mencegah genangan. Sinergi lintas instansi sangat dibutuhkan untuk menyusun strategi yang tepat dalam menghadapi fenomena cuaca yang tidak biasa ini.

"Kerja sama lintas sektor antara pemerintah, petani, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyusun langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang tepat," tegas Ari.

Baca juga: Spesialis Curanmor 'Bagong’ Dibekuk Satreskrim Polres Sumenep

Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG agar dapat lebih siap dan waspada. Fenomena ini, meskipun membawa ancaman seperti banjir, juga bisa menjadi peluang untuk meningkatkan cadangan air tanah dan mengembangkan sistem irigasi yang lebih baik. (yud) 

Editor : Hendra

Lowongan & Karir
Berita Populer
Berita Terbaru