Sikapi Wacana Pengalihan Subsidi Pupuk, PG Perkuat Brand di Pasar Komersil

Reporter : Koinul Mistono - klikjatim.com

Dirut PG, Rahmad Pribadi tersenyum saat pembukaan pasar murah produk PG di Probolinggo. (Istimewa)

KLIKJATIM.com | Probolinggo – Munculnya wacana pengalihan subsidi pupuk mulai disikapi produsen. Salah satunya adalah PT Petrokimia Gresik (PG) yang sudah menyiapkan strategi bisnis dengan memperkuat brand image produk non-subsidi di pasar komersil domestik.

Taktik dalam strategi program transformasi bisnis ini dilakukan melalui pasar murah, yang salah satunya berlangsung di halaman gerai pertanian Petromart milik PG di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019). Upaya anak usaha PT Pupuk Indonesia (PI) tersebut sebagai langkah antisipasi.

“Hal ini juga menjadi upaya strategis perusahaan untuk memperkuat posisi produk non-subsidi di pasar komersil, sekaligus sebagai antisipasi terkait wacana pengalihan subsidi pupuk,” jelas Direktur Utama (Dirut) PG, Rahmad Pribadi, dalam keterangan persnya.

[irp]

Adapun diketahui sesuai hasil riset dan uji coba di berbagai daerah menunjukkan, bahwa rangkaian produk PG terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Termasuk di sektor hortikultura.

“Kami memiliki banyak produk non-subsidi dari hulu hingga hilir seperti benih unggul, pupuk, pengendalian hama, dekomposer, hingga probiotik. Karena target kami adalah menjadi dominant player dan market leader,” tandasnya.

Menurut Rahmad, pelaksanaan pasar murah juga diharapkan bisa mendorong peningkatan produktivitas pertanian. Karena petani dapat menebus produk non-subsidi melalui sistem tukar kupon seharga Rp 250 ribu.

[irp]

Dari kupon tersebut petani bisa mendapatkan beberapa jenis pupuk. Antara lainnya satu sak pupuk NPK Phonska Plus (kemasan 25kg), satu sak pupuk NPK Petro Nitrat (kemasan 25kg), satu pak dekomposer Petro Gladiator (kemasan 1kg), dan satu pak pupuk hayati Petro Biofertil (kemasan 2kg).

“Total harga produk tersebut jika dibeli di kios berkisar pada harga Rp 388 ribu hingga Rp 518 ribu. Sehingga diskon yang didapatkan petani melalui pasar murah ini mencapai sekitar 35-50 persen,” ujar Rahmad.

Alasannya memilih Kabupaten Probolinggo, karena secara geografis berdekatan dengan Gunung Bromo. Kawasan ini terkenal subur dan memiliki potensi pertanian yang besar, serta menjadi salah satu sentra hortikultura di Jatim.