Usia Hampir Satu Abad, Nenek Sainem Masih Ingin Seperti 20 Tahun

Reporter : Fauzy Ahmad-klikjatim.com

Nenek Sainem saat melayani pembeli soto daging. (Fauzy Ahmad/klikjatim.com)

KLIKJATIM.Com | Magetan – Soto bisa menjadi salah satu pilihan menu sarapan. Di Kabupaten Magetan, ada satu warung soto legendaris yang penjualnya sudah berusia nyaris 100 tahun.

Penjual itu bernama Sainem. Setiap hari dengan baju khasnya berwarna hijau, nenek kelahiran 1931 ini berjualan soto daging di Pasar Mangun, Kecamatan Takeran. Pagi ini, klikjatim.com pun menyempatkan sarapan dengan menu soto ala nenek Sainem tersebut. Untuk lokasinya dari pusat Kabupaten Magetan, sekitar 30 menit atau sekitar 18 kilometer.

Pantauan di lapangan tampak pembeli silih berganti datang dan pergi ke lapak nenek Sainem. Walaupun dengan tempat duduk seadanya, namun para pembeli tak canggung untuk menikmati soto daging seharga Rp5.000 ini.

Meski terbilang murah, namun porsi yang disajikan pun mengenyangkan. Porsi dagingnya juga lumayan banyak. Lengkap dengan sayur mayur daun kol serta taburan kacang goreng dan bawang merah goreng.

Sekedar informasi bahwa di lapak nenek Sainem tersebut tidak menjual air minum. Tapi, jika pembeli ingin membeli minuman maka bisa pesan di lapak sebelah.

“Aku ojo mbok foto-foto to (Aku jangan di foto-foto dong),” ujar Sainem berkelakar sambil tertawa lepas, Kamis (1/9/2022).

Sainem lalu berkisah bahwa dirinya mulai jualan soto daging ini sejak tahun 1951. Saat masih berusia 19 tahun. Ketika dirinya jualan di dalam area Pasar Takeran, sang suami telah berjualan soto keliling.

Dulu, suaminya setia mengantar dia ke Pasar Takeran. Karena sudah berusia senja, saat ini yang mengantar Sainem adalah anak keduanya.

Dia mengaku berjualan soto di usia senja bukan karena mencari uang seperti saat muda. Tapi alasannya agar tetap bisa beraktivitas seperti umurnya masih 20 tahun silam.

Sainem memang tidak mematok harga mahal. Menurutnya, dia memang menyediakan makanan untuk para penjual di Pasar Takeran atau pembeli di Pasar Takeran.

Setiap hari, Sainem membuka lapak dari pukul 06.00 wib. Tetapi pukul 09.00 wib soto buatannya selalu ludes.

“Daging sapinya habis 3 kilogram dalam sehari. Selalu habis pukul 09.00 wib. Makanya kalau ke sini jangan siang-siang,” jelasnya.

Sainem mengaku berjualan sudah 70 tahun. Saat Pasar Mangun Takeran dengan bangunan jaman dulu. Hingga sudah direhab berkali-kali, Sainem tetap setia berjualan di dalam pasar.

“Saya jualan dari harga soto per porsi Rp25 perak. Sekarang juga cuma Rp5 ribu. Sudah ada untungnya. Gak perlu mahal-mahal,” pungkas Sainem. (nul)