KLIKJATIM.Com | Tulungagung – Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung terus melakukan pendataan terhadap kasus Tubercolusis (TBC) di wilayahnya. Sesuai data masuk antara Januari sampai Maret 2022 menyebutkan ada sebanyak 150 kasus positif TBC.
Penambahan kasus baru ini berasal dari hasil pemeriksaan terhadap 1.300 pasien diduga (suspect) TBC yang mengikuti uji sampel dahak.
Untuk menyikapi kondisi tersebut, Dinkes pun melakukan beberapa upaya seperti identifikasi kasus baru dan pengobatan rutin. Yakni mengkonsumsi obat tanpa putus minimal 6 bulan.
Nah, bertepatan dengan momen hari TBC yang jatuh pada tanggal 24 Maret lalu, Dinkes Tulungagung bersama Non Goverment Organitation (NGO) Yayasan Banu Yasha Sejahtera (YABHYSA) setempat telah mengunjungi sejumlah pasien di Tulungagung. Kegiatan ini sekaligus memastikan bahwa pasien sudah mengkonsumsi obat secara rutin.
“Kita lakukan kunjungan ke pasien dan grebek kepada warga di sekitar rumah pasien dalam rangka TBC Day. Untuk tahun ini kami menargetkan bisa menemukan dan mengobati 2.447 positif TBC di Kabupaten Tulungagung,” ungkap Kabid P2P Dinkes Tulungagung, Muhroji melalui Wasor, Binti Solekah Kanti Larasati.
Selanjutnya, dia mengungkapkan dalam mencapai target itu pihaknya melakukan sejumlah kegiatan screening kepada terduga TBC. Serta grebek screening di tempat masyarakat berkumpul.
“Grebek bisa dilakukan di warung kopi, pasar maupun lokasi lain tergantung kreatifitas Puskesmas. Seperti mendatangi pasien melakukan screening kepada tetangganya, kalau yang terduga ini bisa ke lansia, Ibu hamil, perokok maupun orang yang kontak dengan pasien,” ucapnya.
Sementara itu Ketua YABHYSA Tulungagung, Cut Malahayati Anshari menjelaskan selama ini pihaknya fokus berupaya memberdayakan kader-kader yang ada. Yakni melakukan pendampingan pengobatan pasien sampai selesai.
“Temuannya lebih banyak saat kita screening pada sasaran terduga, kalau yang sasaran acak itu tidak banyak,” ucapnya.
Mala, sapaannya menyebutkan bahwa selama ini organisasinya terus aktif mendorong kader untuk terus melakukan pendampingan agar pasien TBC tidak putus pengobatannya. “Ini yang kita harapkan, agar kader tidak hanya menemukan pasien namun juga mendorong agar tidak putus obat,” pungkasnya. (nul)