Soal Gender, Pekerja Perempuan dan Laki-Laki di PT Smelting Setara

Reporter : Abdul Aziz Qomar - klikjatim.com

Para pekerja di Smelting

KLIKJATIM.Com | Gresik — Perempuan-perempuan pabrik, sebutan itu masih sering disertai dengan persepsi negatif. Padahal, dunia modern sudah semakin mengikis perbedaan gender dalam dunia kerja.

[irp]

Bahkan, banyak sekali pemimpin perempuan dunia yang sukses membawa kebaikan dan kemajuan. Peran perempuan makin nyata dalam dunia apa saja. Termasuk dalam wilayah yang dulu dianggap tak layak.

Perempuan-perempuan di PT. Smelting (PTS) pun juga demikian. Mereka telah memberi warna perjalanan sejarah perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga satu-satunya dan yang pertama di Indonesia ini.

Mereka tidak hanya bergerak di balik meja. Tapi juga di lapangan. Menjadi bagian dari penentu kinerja perusahaan yang hampir setiap tahun menjadi penyumbang surplus perdagangan Provinsi Jawa Timur ini.

Para perempuan di PTS saling melengkapi kinerja para pekerja pria. Tidak ada pembeda. Apa yang bisa dilakukan pekerja pria harus juga bisa dilakukan pekerja perempuan di departemen apa saja.

“Di Departemen SHE (Safety, Health, Environment), laki-laki maupun perempuan sama-sama harus patroli ke lapangan dan mengurusi administrasi. Kami saling membantu antar officer,” kata Kartika Dyah Sertiya Putri. la hanya salah satu contoh karyawan perempuan di PTS. Pekerjaannya tidak melulu di bidang administrasi yang kerap diasosiasikan sebagai pekerjaan kaum hawa.

Sebagai bagian dari departemen yang bertanggungjawab terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SHE) Ia harus patroli di lapangan memastikan semua aman.

Legal Officer PT Smelting Nobella Indradjaja mengakui jika sebagian kecil masyarakat masih memiliki persepsi yang salah tentang pekerja perempuan, meski saat ini pandangan tersebut sudah tidak separah beberapa dekade lalu.

“Namun secara umum, pastinya masyarakat sudah berpandangan positif ketika melihat ada perempuan berkarir di pabrik,” tuturnya.

Sebagai Legal Officer, Ella, sapaan akrabnya, menjadi salah satu Srikandi perusahaan smelter tembaga ini. la tak gentar ketika berhadapan dengan sebagian para mantan pekerja PTS yang sempat melakukan mogok ilegal dan mengganggu kinerja perusahaan.

Bagi dia, yang dihadapinya merupakan resiko pekerjaan yang harus dihadapi tanpa ada pembedaan gender. la juga tak gentar ketika menghadapi tekanan baik mental maupun fisik ketika harus menjalankan tugasnya sebagai legal officer.

Menurutnya, di era modern ini setiap pekerjaan sudah tidak memandang gender. Tetapi melihat kompetensi dan performa masing-masing.

“Jadi kita harus dapat memberikan pemahaman yang benar pada masyarakat luas tentang kompetensi dan performa kerja tanpa melihat gender,” katanya.

la juga melihat bahwa di PT Smelting sudah tidak ada pembedaan antara pekerja pria dan perempuan.

“Beban dan tanggung jawab pekerjaan wanita dan laki laki di PTS disesuaikan dengan porsi dan kinerja masing masing,” tuturnya yakin.

Hampir semua pekerja perempuan di perusahaan hasil kongsi Mitsubishi Materials Corporation (MMC) dengan PT. Freeport Indonesia ini merasa enjoy dengan pekerjaannya.

Apalagi, jumlah pekerja perempuan di perusahaan ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Saat ini, tercatat ada 33 pekerja perempuan dari 370 orang, termasuk ekspatriat. Dari 33 pekerja perempuan tersebut, ada dua engineer.

Mereka adalah Nuraeni sebagai Management System Officer dan Aprilia Anggasari sebagai Technical Service.

Director for Commerce and Business Development PTSIrjuniawan P Radjamin menilai, kinerja para pekerja perempuan di perusahaannya cukup memuaskan.

Mereka sudah tidak kalah dengan para pekerja pria jika mendapatkan tugas dan tanggungjawab dari perusahaan.

la menjelaskan, pekerja perempuan di PTS sudah menyebar di berbagai tingkatan. Mulai clerk sampai managerial. Kapasitas mereka tidak diragukan lagi karena latar belakang pendidikannya minimal D3 atau keahlian khusus untuk perawat di klinik dan pendidikan tinggi.

“Para pekerja perempuan PTS ini bisa disebut sebagai para Srikandi PTS yang berjuang demi PTS dan memberi warna pada keseimbangan kerja di PTS untuk mencapai performance terbaiknya sampai dengan saat ini,” kata Wawan, sapaan Akrabnya.

Kontribusi para pekerja perempuan kepada PTS terbukti sangat tinggi. Bahkan, tanpa para Srikandi PTS ini, keseimbangan kerja kita pasti terganggu karena mereka saat ini pada posisi yang strategis di seksinya masing-masing.

“PT Smelting merupakan perusahaan modern yang sudah mengglobal. Karena itu, sudah tidak membeda bedakan gender dalam dunia kerja. Semuanya mempunyai hak yang sama dengan pekerja pria sesuai dengan beban dan tanggungjawab masing-masing,” tambahnya.

Wawan termasuk pimpinan yang sangat paham dengan masing-masing kinerja karyawan PTS. Sebab, sebelum menjadi direktur, ia membawahi langsung manager HR (Human Resources) yang sehari-hari berurusan dengan persoalan SDM (Sumber Daya Manusia).

la menambahkan, produktifitas dan kinerja pekerja perempuan PTS sangat bagus dan sesuai kapasitasnya. Terbukti di beberapa seksi di PTS yang ada pekerja perempuan di dalamnya, performancenya sangat bagus dan memberikan kontribusi positif tinggi kepada perusahaan.

“Bahkan, saat ini, kita juga mempunyai seorang manajer seksi perempuan dimana karirnya berasal dari level employee yang mempunyai kinerja sangat bagus sehingga dipromosikan ke level managerial,” cerita Wawan.

Menurutnya, dedikasi dan loyalitas para pekerja perempuan di PTS sudah teruji. Bahkan bisa lebih baik daripada pekerja pria di PTS. Ini terbukti dari data turn over yang sangat rendah untuk pekerja perempuan dibanding pekerja pria PTS.

Wawan menjamin bahwa PTS sangat menjunjung tinggi hak-hak pekerja perempuan. Semua pekerja perempuan dialokasikan di area non plant dan disesuaikan dengan kapasitasnya. Sehingga produktivitasnya tetap maksimal.

“Dalam hal mengelola pekerja, PTS memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada seluruh pekerja tanpa diskriminasi. Ini seperti tertulis dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku saat ini,” beber Wawan.

Bahkan, lanjut Wawan, banyak hak-hak pekerja perempuan yang tercantum di PKB saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

“Demikian pula dalam hal penggajian, pengembangan potensj karyawan dan benefit lainnya,” imbuhnya.

Ke depan, PT Smelting akan terus meningkatkan proporsi pekerja perempuan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selama ini, dari tahun ke tahun, jumlah pekerja perempuan di produsen tembaga ini juga terus bertambah.

Apalagi, di Jepang sebagai negara asal induk perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga ini persoalan gender sudah tidak ada masalah lagi. Ini yang membuat diskriminasi gender di korporasi lambat laun menjadi hilang. (bro)