Revitalisasi Guru Era Digital

Reporter : Redaksi - klikjatim

Oleh: M. AMINUDIN

AWAL Oktober 2022, KlikJatim melansir berita SMAN 1 Lamongan, memamerkan inovasi teknologi berupa mesin penetas telur yang terintegrasi dengan sistem android. Sehingga temperatur, kelembaban, sirkulasi udara untuk menciptakan kondisi ideal pengganti pengeraman induk unggas ini dapat diatur dan dipantau melalui aplikasi dalam Android.

Selain itu, juga memamerkan e-library sebagai bentuk literasi digital yang sudah dipraktekkan penggunaannya oleh siswa-siswi SMAN 1 Lamongan. Walaupun secara sepintas program itu terlihat sepele tapi memiliki makna penting di tengah gerak maju dunia yang dipacu oleh meningkatnya penggunaan teknologi digital.

Perubahan itu layak dijadikan refleksi para pemangku pendidikan terutama para Guru yang bulan November 2022 bangsa Indonesia merayakan Hari Guru  ke-77 tahun. Guru saat ini sedang dihadapkan pada perkembangan teknologi berdampak  ganda. Di satu sisi perkembangan teknologi informatika terutama teknologi digital yang jika dikuasai secara baik akan banyak membantu tugas belajar mengajar tapi jika tidak di handle dengan baik peran guru makin terpinggirkan dalam proses transfer ilmu pengetahuan anak didik. 

Karena itu upaya peningkatan kompetensi guru seperti yang dilakukan Pengabdian masyarakat UPN Jatim perlu semakin masif dan sistemik, khususnya di bidang penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini karena guru merupakan ujung tombak dan penentu keberhasilan program digitalisasi sekolah untuk mempercepat terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang unggul.

Guru harus pro aktif belajar tiap hari baik bersama instruktur, belajar sendiri, ataupun belajar dengan koleganya dalam asosiasi guru. Peran guru di era revolusi industri 4.0 semakin penting dan vital. Ahli teori pendidikan sering menyebut Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 untuk menggambarkan berbagai cara mengintegritaskan teknologi cyber baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran. Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum tersebut mampu membuka jendela dunia melalui genggaman contohnya memanfaatkan internet of things (IOT). Di sisi lain pengajar juga memperoleh lebih banyak referensi dan metode pengajaran.

Dalam atmosfir era digital Guru tidak hanya mengajar, namun sekarang guru harus menguasai sumber-sumber dimana anak didik bisa belajar. Anak-anak bisa belajar dari mana saja, dan guru mengarahkan. Dengan kata lain guru berfungsi sebagai penghubung sumber belajar atau resource linker. Guru juga berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.  Peran guru memfasilitasi, mencari narasumber yang relevan, siswa harus belajar dengan siapa, kemudian memerlukan fasilitas apa.

Guru sebaiknya harus didorong untuk beradaptasi dengan teknologi e-learning . E-learning dapat meningkatkan interaktivitas antara Guru atau pengajar dengan peserta didik, juga antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, ketika proses pembelajaran berlangsung. E-learning memungkinkan interaksi yang berbeda dengan pembelajaran konvensional atau tatap muka. Pada pembelajaran konvensional, kita sering menemukan peserta didik yang tidak berani atau tidak mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan ketika sedang diskusi. E-learning memungkinkan peserta didik untuk lebih berani, karena tampil secara tidak langsung, dan dapat menyampaikan pendapat atau pertanyaannya kapan pun.

Transformasi teknologi menyebabkan menjamurnya startup di sektor pendidikan yang sedikit banyak melihat celah bisnis di sektor ini. Berdasarkan kajian Price Waterhouse Cooper (PwC), penilaian keadaan digital Indonesia berada di tahap berkembang yang ditandai sudah ada beberapa konten edukasi secara online serta integrasi kemampuan digital dalam kurikulum formal,  Menurut Plt. Direktur Ekonomi Digital, Nizam Waham, inisiatif-inisiatif pendorong digitalisasi pada sektor pendidikan meliputi aplikasi edukasi, distribusi konten digital, strategi pelatihan e-teacher, nilai dan identitas nasional serta forum guru digital. Pembelajaran digital dapat menghilangkan kantung-kantung putus sekolah dan rendahnya kinerja tenaga kependidikan di daerah, serta meminimalisir kesenjangan pendidikan antara daerah terpencil dan perkotaan.

Dari ungkapan di atas, Teknologi digital memberi harapan lebih baik baik dunia pendidikan. Untungnya sedari awal Mendikbudristek Nadiem makarim sangat concern pada penerapan teknologi digital di dunia pendidikan.  Setelah dilantik jadi Menteri sebelum Pandemi Covid langsung melontarkan prioritas penggunaan teknologi digital di dunia pendidikan. Hingga saat ini tahun 2022  menurut keterangan  Mendikbudristek, lebih dari 1,6 juta guru telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar yang membuka akses pada pengembangan diri secara lebih mandiri dan sesuai kondisi. Kemudian, terbentuknya lebih dari 3.500 komunitas belajar para guru, terkumpulnya lebih dari 55 ribu konten belajar mandiri. Ada lebih dari 92 ribu konten pembelajaran telah diunggah oleh guru untuk menginspirasi sejawatnya. Jadi, para guru dibantu untuk bisa saling menginspirasi dan mengapresiasi. Lebih dari 141 ribu sekolah telah terbantu dalam mengetahui kondisi literasi, numerasi, karakter siswa, serta kualitas pembelajaran mereka melalui Rapor Pendidikan.  Para guru dan kepala sekolah jadi lebih memahami 280 indikator dari Asesmen Nasional dan membantu mereka untuk melakukan refleksi dan perbaikan dengan Rapor Pendidikan, kata Mendikbudristek.  Tranformasi teknologi pendidikan saat ini juga telah membantu terfasilitasinya pengembangan diri lebih dari 724 ribu mahasiswa melalui program Kampus Merdeka, bergabungnya lebih dari 2.700 mitra industri ke dalam Kampus Merdeka, bergabungnya lebih dari 43 ribu praktisi ke dalam program Praktisi Mengajar.

Kemajuan di atas secara formil tentu cukup menggembirakan, tapi tetap harus bekerja keras untuk bergerak maju karena penerima manfaat hanya masih menjangkau sekitar 50% di kalangan pemangku pendidikan di Indonesia. Di perlukan kiat-kiat kreatif untuk memacu transfer teknologi terutama e-learning atau digital ke dunia pendidikan Indonesia. Sangat penting untuk terus meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan skill Guru menyangkut teknologi informatika itu. Setidaknya ada 4 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh Guru atau pengajar. 

Pertama keterampilan berpikir kritis dan problem solving atau pemecahan masalah.  Dibutuhkan kemampuan memahami suatu masalah, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sehingga dapat dielaborasi dan memunculkan berbagai perspektif untuk menyelesaikan masalah. Pengajar diharapkan mampu meracik pembelajaran. Mengolah materi pelajaran yang rumit menjadi mudah dipahami oleh anak didik,  Kedua, Keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi.

Keterampilan ini tidak luput dari kemampuan berbasis teknologi informasi, sehingga pengajar dapat menerapkan kolaborasi dalam proses pengajaran. Ketiga, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Diharapkan ide-ide baru dapat diterapkan pengajar dalam proses pembelajaran sehingga memacu siswa untuk beripikir kreatif dan inovatif. Misalnya mendeskrisikan materi pelajaran yang rumit panjang  menjadi grafis yang sederhana mudah dimengerti atau bentuk audio visual.  Mengerjakan tugas dengan memanfaatkan teknologi dan informasi. Keempat, Meningkatkan literasi teknologi dan informasi.

Diharapkan Guru pendidik  terus memperkaya referensi dalam pemanfaatan teknologi dan informasi guna menunjang proses belajar mengajar sehingga tidak terkungkung pada buku text book kuno yang mungkin kurang update perkembangan ilmu pengetehuan terkini.

Dalam kajian Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (WANTIKNAS) penerapan e-learning  mempunyai kelebihan antara lain :

  1. Dapat diakses dengan mudah, Cukup menggunakan smartphone atau perangkat teknologi lain seperti laptop yang terhubung dengan internet Anda sudah bisa mengakses materi yang ingin dipelajari. Dengan menerapkan e-learning Anda dapat melakukan kegiatan pembelajaran di mana saja, kapan saja.
  2. Biaya lebih terjangkau, Tentunya, kita semua ingin menambah ilmu pengetahuan tanpa kendala keuangan. Dengan bermodalkan paket data internet, Anda dapat mengakses berbagai materi pembelajaran tanpa khawatir ketinggalan pelajaran apabila tidak hadir. Disarankan Anda mendaftar member dalam e-learning karena biaya member lebih murah dibandingkan mengikuti les atau kursus di lembaga pembelajaran.
  3. Waktu belajar fleksibel, Biasanya kebanyakan orang yang ingin belajar lagi tidak memiliki waktu yang cukup. Salah satu alasannya mungkin karena waktu Anda sudah digunakan untuk bekerja. Pembelajaran berbasis digital atau e-learning ini adalah solusinya. Waktu untuk belajar bisa dilakukan kapan saja tanpa terikat dengan jam belajar.
  4. Wawasan yang luas, Dengan menerapkan e-learning, tentunya Anda akan menemukan banyak hal yang semula belum Anda ketahui. Hal ini disebabkan beberapa materi pelajaran yang tersedia pada e-learning belum tersedia dalam media cetak seperti buku yang sering digunakan dalam metode belajar-mengajar konvensional. Berbeda dengan pembelajaran melalui tatap muka yang dilakukan dengan membaca buku.

Tetapi di samping kelebihan di atas,  penerapan e-learning mempunyai Kekurangan:

  1. Keterbatasan akses internet, Salah satu kekurangan metode pembelajaran e-learning adalah terbatasnya akses internet. Jika Anda berada di daerah yang tidak mendapatkan jangkauan internet stabil, maka akan sulit bagi Anda untuk mengakses layanan e-learning. Hal ini tentunya masih banyak terjadi di Indonesia mengingat beberapa daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) masih belum terjangkau akses internet. Selain itu, harga pemakaian data internet juga masih dirasa cukup mahal untuk beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan kemampuan untuk memanfaatkan e-learning masih dianggap sebagai suatu keistimewaan.
  2. Berkurangnya interaksi dengan pengajar, Beberapa metode pembelajaran e-learning bersifat satu arah. Hal tersebut menyebabkan interaksi pengajar dan siswa menjadi berkurang sehingga akan sulit bagi Anda untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai materi yang sukar dipahami.
  3. Pemahaman terhadap materi, Materi yang diajarkan dalam e-learning direspon berdasarkan tingkat pemahaman yang berbeda-beda, tergantung kepada kemampuan si pengguna. Beberapa orang mungkin dapat menangkap materi dengan lebih cepat hanya dengan membaca, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama sampai benar-benar paham. Bahkan ada juga yang membutuhkan penjelasan dari orang lain agar dapat memahami materi yang dipelajari.
  4. Minimnya Pengawasan dalam Belajar, Kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara daring membuat pengguna e-learning kadang kehilangan fokus. Dengan adanya kemudahan akses, beberapa pengguna cenderung menunda-nunda waktu belajar. Perlu kesadaran diri sendiri agar proses belajar dengan metode daring menjadi terarah dan mencapai tujuan. Stay healthy and always keep our spirit up!

Untuk menutupi kelemahan metode digital dunia pendidikan di atas, maka pendidikan konvensional tatap muka harus diperkuat seperti janji Mendikbudristek.

(*M. AMINUDIN adalahPeneliti senior Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) Staf Ahli Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ Staf Ahli DPRRI 2008/Tim Ahli DPD RI 2013.