Pola Asuh yang Benar dari Keluarga Dapat Cegah Resiko Gangguan Jiwa Pada Remaja

Reporter : Redaksi - klikjatim

KLIKJATIM.Com | SURABAYA – Menurut WHO, pengertian sehat yakni kondisi ideal dari sisi biologis, psikologis dan sosial. Sedangkan pengertian kesehatan jiwa adalah “Keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan.” 

Kesehatan jiwa juga melibatkan cara-cara seseorang menyelaraskan keinginan, kemampuan, perasaan dan kesadaran dalam rangka memenuhi tuntutan hidupnya.

Kesehatan manusia melibatkan fisik, psikologis, dan sosial yang berjalan seimbang sehingga menimbulkan jiwa yang sehat, yang menunjukkan kepekaan manusia terhadap diri sendiri, mengenal kemampuan diri sendiri, mengetahui kemauan diri, kemampuan mengelola perasaan dengan baik dan kesadaran untuk bersosialisasi. 

Kesehatan merupakan hal dasar yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bukan hanya kesehatan jasmani yang dimiliki oleh manusia. Namun, kesehatan rohani atau jiwa juga patut diperhatikan.

Permasalahan mengenai kesehatan jiwa banyak terjadi di masyarakat. Kebanyakan masyarakat menyebut penyakit jiwa dengan istilah gila, hilang akal, ataupun linglung. Jiwa yang sakit tidak hanya diderita oleh orang dewasa saja, akan tetapi jiwa sakit juga dapat dialami anak – anak dan remaja dalam perkembangan tumbuhnya.

Adanya hambatan dalam perkembangan anak bila tidak diselesaikan dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa. Masalah tersebut dapat muncul dari diri sendiri, hubungan orang tua dengan anak atau dapat juga melalui masalah diluar lingkungan keluarga. Oleh karna itu orang tua harus mengerti dan memahami sakit jiwa yang mungkin dialami oleh anak-anak dan remaja saat ini. berikut merupakan gangguan jiwa yang dapat dialami oleh anak-anak ataupun remaja.

1.     Gangguan Cemas / Ansietas

Gangguan Cemas sering terjadi dikalangan anak-anak maupun remaja. Gangguan cemas / Ansietas merupakan perasan khawatir yang berlebihan yang dihubungan dengan antisipasi terhadap bahaya yang dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan yang sering dilakukan.  Prevalensi gangguan cemas ini adalah 5 – 50 %. 6 Fobia sosial ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki, fobia simpel gangguan menghindar lebih banyak pada anak perempuan. sedangkan pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan sering ditemui gangguan cemas perpisahan, cemas menyeluruh dan gangguan panik. Contoh perpisahan orang tua, ditinggal sahabat atau teman, dll.

2.     Gangguan Mood

Gangguan mood pada anak-anak dan remaja sekitar 1 – 5 %. Namun, gangguan ini cenderung terjadi pada remaja. Oleh sebab itu sangat penting membedakan antara gangguan mood yang normal pada remaja dengan gangguan mood depresi patologik. Depresi pada remaja sering tidak terdiagnosis. Adanya gangguan mood akan berisiko terjadinya perilaku yang tidak biasa pada remaja seperti bunuh diri.

 3.     Gangguan Psikotik

Pada kondisi ini terdapat gangguan yang berat dalam menerima kenyataan hidup. Yang termasuk gangguan psikotik ada skizoprenia. Skiprenia pada remaja merupakan hal yang terjadi pada remaja dimana Gejala awalnya meliputi perubahan ekstrem dalam perilaku sehari-hari, isolasi sosial, sikap yang aneh, penurunan nilai akademik dan mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya.

Dari beberapa jenis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja, jika tidak mendapatkan perhatian secara interpersonal dari orang terdekat seperti orang tua, akan mengakibatkan masalah kenakalan remaja, seperti : penyimpangan seksual, penggunaan narkorba pada remaja, dll.

Untuk mengurangi dan mencegah beberapa kesehatan jiwa di atas maka dapat diperhatikan beberapa faktor yang berperan dalam hal tumbuh kembang anak-anak dan remaja yaitu :

1. Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik. Hal ini dapat diperhatikan dari kesadaran individu anak-anak atau remaja terhadap perilaku yang dilakukan.

2. Faktor pola asuh orang tua di masa anak dan pra-remaja. Pada faktor ini perlunya pemikiran dari orang tua untuk selalu memperhatikan apa yang dilakukan dan di alami oleh anak-anak dan remaja, dan usahakan orang tua mampu menjadi tempat bercerita anak.

3. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.(dinkes.surabaya.go.id)