GRESIK – Mencuatnya kasus seorang siswa yang berani melawan guru saat di sekolah menjadi perhatian serius DPRD Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Bahkan hal ini dinilai sebagai Pekerjaan Rumah (PR) yang harus segera ditindaklanjuti.
Wakil Ketua DPRD Gresik, Nur Qolib mengaku, sangat menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Namun dengan kemunculan kasus ini perlu dijadikan sebagai bahan perenungan untuk memperbaiki sistem pendidikan, khususnya di Kabupaten Gresik.
“Sistem pendidikan nasional kita sepertinya harus dievaluasi. Karena pendekatannya cenderung tentang keilmuan bukan tentang akhlaq,” menurut Nur Qolib dari sambungan selulernya, Minggu malam (10/02/2019).
[irp]Katanya, ada tiga pihak yang bertanggungjawab secara moral dalam insiden ini. Yaitu kedua orang tua siswa tersebut, pemerintah dan masyarakat.
“Kami yang di DPRD dengan pemerintah sebagai pelaksana, serta dibantu masyarakat utamanya para kiai atau ulama perlu merumuskan sistem penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Gresik. Inilah yang menjadi PR bersama,” paparnya.
Lebih jauh diterangkan, bahwa Kabupaten Gresik adalah kota santri dan kota wali. Maka, sebagai ciri khas daerah bernuansa islami ini harus diimbangi dengan penguatan pendidikan agama. Seperti tentang tatakrama atau akhlaq.
“Jadi penguatan pendidikan agama ini juga sangat penting, khususnya di sekolah-sekolah formal,” imbuhnya.
Salah satu ukuran keberhasilan dalam pendidikan formal saat ini adalah berebut nilai tinggi dan kurang memperhatikan pendidikan agama. Nah, cara pandang demikian bisa diubah melalui sistem pendidikan yang tetap memperhatikan muatan lokal.
Dapat diketahui sebelumnya, kasus seorang siswa yang menantang gurunya telah terjadi di salah satu SMP swasta di Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik. Namun, kini kasus itu berakhir damai setelah dimediasi pihak kepolisian setempat. (nul/*)