Perempuan Nelayan di Pesisir Gresik Dipotret Penulis dalam Proyek Residensi

Reporter : Abdul Aziz Qomar - klikjatim.com

Seremoni peluncuran karya residensi penulis dari berbagai daerah tentang Kabupaten Gresik (Ist)

KLIKJATIM.Com | Gresik – Yayasan Gang Sebelah bersama Kemendikbud Ristek melaunching kumpulan tulisan 18 penulis dari luar Gresik yang berpartisipasi dalam proyek residensi penulisan bergaya sastra tentang kondisi sosio-kultural masyarakat Kabupaten Gresik.

Yang menarik, dalam tulisan salah satu peserta yang terpilih, yakni Nurillah Achmad (30) asal Kabupaten Jember memotret tentang Nelayan Perempuan di pesisir Gresik, tepatnya di Kelurahan Lumpur.

Dalam tulisannya yang berjudul “Antara Tanah Tenggara dan Bandar Grisse Tak Lagi Ada” Nurillah dengan telaten mencatat dan memahami seluk beluk budaya masyarakat pesisir tradisional dan persentuhannya dengan industrialisasi.

Tulisan tersebut menyajikan gambaran ekologi dengan kacamata feminisme (nelayan perempuan) yang menyoroti keberadaan pabrik di pesisir dengan berbagai tantangan industri seperti reklamasi. Karena kerap kali industrialisasi tidak ramah terhadap mata pencaharian dan budaya masyarakat lokal.

“Nelayan perempuan perlu diangkat juga, mereka sangat peduli pada ekologi yang terdampak pabrik-pabrik di pesisir yang direklamasi. Jadi, soal ekologi ke reklamasi. Dan soal nelayan perempuannya. Jadi ekologi dan feminisme,” bebernya.

Dia bahkan tinggal langsung di Lumpur menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar (sebagai konsekuensi dari konsep Residensi) dalam proses melahirkan tulisannya.

“Di Lumpur misalnya saya mendengar cerita bagaimana seorang nelayan juga pernah bekerja sebagai ABK kapal asing kalau gak salah, itu pengalaman yang mungkin bagi saya, oh sepertinya saya harus menulis ini,” ucap dia, menceritakan pengalamannya.

Baca juga: Yayasan Gang Sebelah & Kemendikbud Ristek Rilis Museum Masmundari

Ketua Yayasan Gang Sebelah Hidayatun Nikmah dalam kegiatan malam puncak Residensi Literatur pada Sabtu mala, 2 Desember 2023 menyampaikan, kegiatan Residensi ini merupakan pertama kalinya.

“Tujuan utamanya untuk memperkenalkan Gresik melalui sastra,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, sambung dia, 18 penulis dari berbagai luar kota yang terseleksi memiliki kesempatan untuk mengikuti Residensi pada tanggal 10-12 November 2023 di Gresik.

Mereka diperkenalkan dengan beragam budaya lokal, termasuk kota tua, pesisir, hingga daerah perbukitan yang ada di Gresik. Hasil karya mereka dicetak dalam buku antologi.

“18 penulis itu kami pilih dari open submission dari seluruh Indonesia. Terpilihlah 18 penulis, ada dari Jakarta, Jember, Ponorogo, Malang, Jogja, Bantul, Gresik, dan lainnya. Semoga kedepan ada Residensi kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya,” imbuhnya.

Sementara itu mengutip dari Tesis Elfa Olivia Verdiana pada program S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Residensi adalah sebuah praktik berkesenian baru yang berpengaruh pada perkembangan artistik seniman.

Residensi memberikan ruang dan waktu yang intens kepada seniman untuk berkarya. Seniman tinggal dan berkarya di tempat tertentu agar menemukan pengalaman dan impresi yang baru. Residensi lebih menekankan pada proses berkarya daripada hasil karyanya. (qom)